Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rock Around Ngak-Ngik-Ngok

Kompas.com - 24/07/2011, 12:26 WIB

”Dan engkau, hai pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi, engkau yang tentunya antiimperialisme ekonomi dan menentang imperialisme ekonomi, engkau yang menentang imperialisme politik...

Kenapa di antara engkau banyak yang tidak menentang imperialisme kebudayaan? Kenapa di kalangan engkau banyak yang masih rock n’roll—rock n’roll-an, dansa-dansian ala cha-cha-cha, musik-musikan a la ngak-ngik-ngok, gila-gilaan, dan lain sebagainya lagi....”

Itu kutipan pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1959 yang bertajuk ”Penemuan Kembali Revolusi Kita.” Pidato berapi-api yang dibacakan sejak pukul 08.10 di Istana Merdeka, Jakarta, itu ditafsirkan dan dieksekusi di lapangan sebagai pelarangan jenis musik yang dianggap ngak-ngik-ngok. Apa itu ngak-ngik-ngok, kurang jelas batasannya. Yang pasti Koes Bersaudara diperiksa Kejaksaan Tinggi Jakarta gara-gara membawakan lagu Beatles ”I Saw Her Standing There” pada Juni 1965 dalam penampilan mereka di Jati Petamburan.

Apa boleh buat, virus rock sudah masuk dan tak bisa ditangkal. ”Setelah film Rock Around the Clock diputar di Indonesia tahun 1957, rock n’ roll merata terutama di Jakarta, Bandung, dan Surabaya,” catat Remy Sylado, pemerhati musik, penyusun buku Ensiklopedia Musik Indonesia.

Film Rock Around the Clock dibintangi Bill Haley, penyanyi dan gitaris yang memopulerkan lagu wajib rock n’roll, Rock Around the Clock. Hampir bersamaan dengan itu, populer pula Elvis Presley yang berjuluk ”Raja Rock n’ Roll.

Setelah pidato Bung Karno tersebut, sebenarnya semangat rock n’ roll tidak padam. Seniman cukup cerdik bersiasat, yaitu dengan membuat lagu bersemangat rock n’ roll dalam bahasa Indonesia. Remy Sylado mencatat, Oslan Husein sebagai orang pertama yang menyanyikan Bengawan Solo dalam semangat rock. Oslan yang juga dikenal lewat lagu berbahasa minang Ayam Den Lapeh itu membawakan Bengawan Solo dengan gaya campuran antara Elvis Presley dan The Platters.

Simak juga Koes Bersaudara pada 1962 menyanyikan lagu Dara Manisku yang beat dan alur basnya mengingatkan pada lagu Lucille milik Everly Brothers. Selain itu, Mus DS memopulerkan lagu berbahasa Sunda, Neng Geulis, dalam irama rock n’ roll. Sejak itu musik rock terus mengalun di Indonesia hingga hari ini. (XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com