Aryo Wisanggeni G
”Paling enak numpak motor, paling aman numpak sepur. Paling aman dadi koruptor, nek konangan ya ndek Singapur...” (Paling nyaman naik motor, paling aman naik sepur. Paling aman menjadi koruptor, kalau ketahuan ya ke Singapore...).
Itu parikan atau pantun dari seniman ludruk Kartolo yang dilontarkan dalam pentas
Nyatanya, lelucon Kartolo (64), Sapari (66), dan Nurbuat (62) pun mengocok perut pejabat dan politisi seperti Mahfud MD dan Pramono Anung plus ribuan penonton yang memadati Graha Bakti Budaya TIM itu. Mereka memang kampiun ludruk, seni pertunjukan tradisional Jawa Timur-an yang menjadi kanal rakyat kecil menyalurkan rasa resah dengan tertawa. Di tangan ketiganya, adu parikan yang merupakan salah satu pakem ludrukan sungguh mengocok perut.
Parikan di atas adalah semacam pantun berbalas yang dilontarkan Kartolo, lalu disambar Nurbuat. Kartolo juga menyampaikan
kidungan yang menampilkan karakter egalitarian dan blak-blakan arek Suroboyo yang tak pernah
”
Dari satire sosial itu, Kartolo langsung menertawakan kondisi diri sendiri. Kepahitan hidup yang disikapi dengan sukacita. Ia mengatakan bahwa ia senang menjadi saudara dan seniman asal jujur dan punya hasil yang halal meski honor habis untuk membayar utang. ”
Ludruk menjadi satire politik. Seniman muda Cak Lontong menjadi Ketua Partai Gajah Oling yang korup. Kalau saja Cak Lontong muncul lebih awal dalam adegan kampanye Partai Gajah Oling, separuh awal adegan itu mungkin akan lebih jenaka. Kartolo yang sempat mati gaya di awal adegan menjadi hidup setelah Cak Lontong berseloroh.
Lontong menawari Kartolo menjadi kader partai, tetapi Kartolo menolak. Ditawari menjadi pengurus partai pun menolak. Tawaran menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden Cak Lontong pun ditampik. Rayuan biduan dangdut Inul Daratista tak mempan menggoda Kartolo. Putri Waria Indonesia 2006, Merlyn Sopjan, pun gagal mengusik tapa brata Kartolo.
Godaan terberat datang dari istri Kartolo, Ning Tini, yang menganggap suaminya aneh karena menolak tawaran Partai Gajah Oling. Namun, Kartolo kukuh. ”Aku
Ning Tini dan Kartolo akhirnya
”Mungkin ada yang salah menganggap Kartolo adalah buta cakil. Padahal, sesungguhnya setiap lelaki memiliki sisi perempuan dan sisi perempuan Kartolo hadir sebagai Srikandi melawan sisi kelaki-lakian serakah Ning Tini, buta cakil,” papar Tejo.
Maka, politik uang pun dijalankan. Para pengurus Partai Gajah Oling yang dimainkan Loedroek ITB menitipkan uang kepada Sapari untuk memikat Kartolo. Amplop-amplop uang itu tepergoki Mahfud MD yang tampil ke panggung dengan busana tanah kelahirannya, Madura, dan melepas semua atributnya sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi.
Mahfud berwejang soal politik uang yang menghancurkan negara dan kemacetan politik akibat politik saling sandera antarpartai. Sayangnya, Loedroek ITB lupa kalau Mahfud bukan sekadar intelektual serius, melainkan juga orang Madura dan Nahdliyin yang bisa jenaka. Uraian serius Mahfud selalu terpotong dialog sebelum ia memunculkan kejenakaannya sehingga adegan itu lebih seperti
Mengolok situasi politik tidak mudah, juga mengemas ulang ludruk, sehingga Kartolo sedikit jengah melakukannya.
”Ludruk biasa menyindir situasi sosial masyarakat lewat kidungan yang halus. Di Jakarta orang lebih berani mengkritik langsung lewat dialog. Namun, saya senang terlibat pementasan ini,” tutur Kartolo.
Dalam hal satire sosial-politis, seniman rakyat lebih cerdas, tanpa harus
Namun, rindu penonton akan ludrukan Kartolo yang melegenda sebagai program siaran RRI tahun 1970-an tetaplah terobati. Dan, Cak Lontong menjanjikan masa depan tradisi ludruk yang jenaka menyuarakan nasib wong cilik.
Akan tetapi, apa pentingnya
”Kejenakaan penting agar proses menjadi Indonesia itu rileks. Kejenakaan penting untuk menggembosi ketegangan agar proses menjadi Indonesia dapat dilanjutkan tanpa berdarah-darah,” kata Butet.