Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Bakteri Baik di Pencernaan

Kompas.com - 20/06/2011, 06:39 WIB

Oleh Nawa Tunggal

Indikator kesehatan tubuh yang belum banyak diperhatikan adalah komposisi bakteri di perut. Makin banyak bakteri baik dibandingkan dengan bakteri buruk, makin menunjang kesehatan. Ketua Asosiasi Laboratorium Pangan Indonesia FG Winarno menyebut, bentuk tinja merupakan salah satu indikasi untuk melihat dominasi peran bakteri baik dan bakteri buruk.

Menurut Winarno, bentuk tinja yang baik seperti daging buah durian mengkal berwarna kuning. ”Tinja encer atau tak berbentuk mengindikasikan kuatnya peran bakteri buruk. Warna tinja selain kuning juga menunjukkan gangguan di dalam tubuh,” katanya ditemui dalam seminar ”Dairy Products: Innovation, Safety, and Functionality” di Bogor, Jawa Barat.

Uji tinja untuk mengetahui kesehatan seseorang masih sangat sedikit. Dalam diagnosis penyakit, uji tinja hanya digunakan sekitar 5 persen. Selebihnya menggunakan uji darah (80 persen) dan uji urine (15 persen).

Winarno menyatakan, laboratorium modern kini memberi kontribusi mutakhir bagi pemetaan bakteri baik dan bakteri buruk dalam usus (intestinal flora alias flora usus) yang dikenal sebagai Yakult Intestinal Flora (YIF). ”Ini kontribusi pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang terkait erat dengan flora usus,” katanya.

Flora usus berperan besar antara lain terhadap pencegahan dan pengobatan autisme, obesitas, dan gangguan kognitif.

Secara terpisah, dokter ahli gastroentologi yang berkait erat dengan kesehatan sistem pencernaan, Ari Fahrial Syam, mengatakan, memang ada perkembangan mutakhir di bidang biomolekuler untuk mengidentifikasi bakteri-bakteri di dalam pencernaan melalui tinja. Di dunia kedokteran, sebelum pemetaan dengan Yakult Intestinal Scan, ada pemetaan bakteri melalui kultur tinja. ”Bakteri dari tinja dibiakkan dalam media tertentu. Bakteri yang tumbuh lalu diidentifikasi,” kata Ari.

Kultur bakteri dari tinja kurang populer dalam layanan kesehatan. Metode kultur memiliki kelemahan, selain mahal, perlu waktu lama. ”Beberapa bulan lalu saya ke Tokyo. Untuk mengetahui perkembangan paling mutakhir terkait probiotik yang menyangkut komposisi bakteri baik dan buruk dalam sistem pencernaan,” kata Ari.

Pemetaan bakteri dari tinja, katanya, makin memungkinkan sebagai indikator pencegahan dan pengobatan penyakit, di antaranya untuk mengetahui adanya gangguan penyerapan pada usus, ketidakseimbangan bakteri baik-buruk, atau terdapat gangguan pencernaan akibat mengonsumsi obat-obatan.

Tinja yang buruk tak sertamerta akibat gangguan itu. Tinja buruk juga bisa disebabkan stres yang menimbulkan reaksi usus bergerak tak normal. Akhirnya, tinja menjadi buruk akibat diare. ”Dalam pencernaan tubuh terdapat jutaan bakteri. Dalam keadaan normal, bakteri baik harus lebih banyak,” kata Ari.

Winarno mengatakan, flora usus ditemukan tahun 1850. Tahun 1886, Theodore Escherich mengidentifikasi Eubacterium coli yang diketahui bersifat anaerobik (tak memerlukan oksigen). ”Pada perkembangan terakhir ditemukan metode YIF, pemetaan bakteri di dalam pencernaan dengan Yakult Intestinal Scan,” katanya.

Kandungan bakteri di perut wanita dewasa rata-rata 0,8 kilogram. Pada pria dewasa rata-rata 1,0 kg. Bakteri baik yang paling banyak ditemui adalah genus Lactobacillus, Bifidobacterium dan Eubacterium. Bakteri buruk terbanyak yang ditemui adalah Salmonella, Staphylococcus, dan Clostridium perfringens.

Konsumsi susu

Teknologi untuk mengetahui komposisi bakteri pada sistem pencernaan bertujuan menjaga bakteri baik supaya tetap dominan. Pentingnya mengidentifikasi karakter tinja, kata Winarno, untuk mendukung gerakan konsumsi susu untuk mempertahankan dominasi bakteri baik di dalam perut.

”Susu cair alami di Indonesia terkenal bermutu buruk. Butuh perbaikan infrastruktur industri susu oleh pemerintah,” katanya. Konsumsi susu di Indonesia rendah. Rata-rata konsumsi per orang 11,8 liter per tahun. Bila dihitung per hari, setiap orang hanya mengonsumsi susu dua sendok makan. Di Malaysia, rata-rata konsumsinya 25,4 liter per tahun dan di Singapura 21,7 liter per tahun.

Dunia menetapkan tanggal 1 Juni 2004 sebagai Hari Susu Sedunia. Indonesia mencanangkan 1 Juni 2011 sebagai Hari Susu Nusantara. Momentum itu digunakan menggalakkan konsumsi susu dengan tujuan menjaga dan memperbanyak kualitas bakteri baik di dalam perut. ”Kesehatan perut sangat dihargai masyarakat Jepang. Ibarat nyawa ada di dalam perut sehingga ada tradisi harakiri untuk menjaga suatu kehormatan, yaitu bunuh diri dengan menusukkan pedang ke perut sebagai pusat nyawa,” kata Winarno.

Susu merupakan sumber gizi terlengkap saat ini. Pemahaman publik bahwa susu hanya untuk bayi atau anak usia di bawah lima tahun tak sepenuhnya benar. Susu merupakan bagian dari makanan seimbang bagi semua kelompok usia.

Perkembangan industri susu modern memungkinkan penambahan unsur probiotik, yaitu mikroorganisme nonpatogenik yang dikonsumsi dalam jumlah tertentu untuk memberi efek menguntungkan bagi inangnya. Bakteri probiotik akan menekan pertumbuhan bakteri buruk yang bersifat patogen. Mikroorganisme yang ditanamkan sebagai probiotik umumnya dikembangkan alami dari tubuh manusia. Mikroorganisme itu juga dipilih tahan terhadap enzim pencernaan, asam lambung, dan cairan empedu.

Saat dicerna, mikroorganisme itu menempel pada dinding saluran cerna dan mampu bertahan dalam jumlah besar. Kemudian ditunjang kemampuan menghasilkan zat antimikroba yang meningkatkan sistem imun di dalam tubuh. Secara genetik digolongkan stabil.

Menurut Winarno, mikroorganisme baik kerap dimasukkan ke dalam probiotik, antara lain Lactobacillus dan Bifidobacterium. Mekanisme bakteri baik menghambat pertumbuhan bakteri buruk, antara lain dengan memproduksi senyawa asam organik periksida, bakteriosi, dan reurin. Bakteri baik merusak reseptor toksin dan menginaktifkan toksin yang dihasilkan bakteri patogen. Bakteri baik akan berebut nutrisi (zat gizi) yang sama dengan bakteri buruk (patogen).

Probiotik-prebiotik

Menurut Winarno, istilah probiotik kerap dikacaukan dengan pengertian prebiotik dalam susu. Probiotik untuk menyatakan kandungan mikroorganisme atau bakteri baik, sedangkan prebiotik merupakan senyawa golongan karbohidrat dengan rantai pendek yang tak dicerna enzim pencernaan, seperti inulin, laktulosa, dan laktoferrin, manno-oligosakarida, frukto-oligosakarida, dan gluko-oligosakarida.

Prebiotik akan terfermentasi dalam usus dan meningkatkan kualitas penyerapan kalsium. Probiotik dan prebiotik sama pentingnya bagi pencernaan. Mengonsumsi probiotik dan prebiotik merupakan cara menjaga tinja dalam keadaan baik atau normal.

Winarno menambahkan, kesadaran masyarakat mengonsumsi susu perlu ditingkatkan. Apalagi industri susu dan berbagai produk turunan, seperti yoghurt dan es krim, mulai menyertakan probiotik dan prebiotik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com