Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rezeki dari Negeri Upin-Ipin

Kompas.com - 19/06/2011, 04:26 WIB

 Budi Suwarna dan Yulia Sapthiani

Ringgit yang dibawa turis Malaysia seperti darah segar yang menambah gairah berusaha di Bandung. Tidak heran, semua pelaku usaha sekarang membidiknya.

Suasana di Bandara Husein Sastranegara benar-benar bergairah. Sepanjang hari, ruang tunggu di bandara yang sempit itu penuh sesak oleh calon penumpang, penjemput, dan pengantar. ”Sampai pagi pun ramai karena banyak makcik dan pakcik asal Malaysia yang menginap menunggu penerbangan pagi ke Kuala Lumpur,” ujar General Manager PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Bandara Husein Sasranegara Eko Diantoro, Selasa (14/6).

Tengoklah suasana pada saat jam kedatangan pesawat dari Kuala Lumpur. Puluhan orang yang terdiri atas sopir, pedagang uang, dan petugas hotel dengan sigap berjejer di pintu keluar bandara menawarkan jasa. ”Money changer... ringgit... ringgit... taksi... taksi... rental mobil,” teriak mereka saling bersahutan.

Begitulah, sejak ada penerbangan internasional—terutama dari Malaysia—ke Bandung, bandara itu menjadi hidup. Padahal, kata Eko, bandara itu sempat vakum ketika Jalan Tol Cipularang dibuka tahun 2005. ”Penerbangan Halim (Perdanakusuma)-Husein (Sastranegara) langsung rontok,” ujar Eko.

Saking sepinya, lanjut Eko, sempat muncul istilah ”11” penerbangan dari Bandung. Maksudnya, setiap hari hanya ada satu pesawat mendarat dan satu pesawat tinggal landas. Setelah itu, tidak ada lagi penerbangan.

Kini, setiap hari bandara tersebut melayani sekitar 1.000-1.500 orang per hari, 50 persennya penumpang internasional, terutama dari Malaysia. Roda bisnis pun berputar lagi. Pajak layanan bandara terkumpul dalam jumlah banyak. Gerai-gerai makanan kembali hidup. Namun, Eko tidak bisa memerinci berapa pendapatan bandara dari bisnisnya saat ini.

Cipratan ringgit

Hotel-hotel di Bandung juga banyak kecipratan ringgit. Hotel Amaris Cihampelas hampir setiap hari mendapat turis Malaysia. Kalau ditotal sejak hotel itu buka pada Januari 2011 sampai Mei, turis Malaysia telah menyewa 1.200 kamar. ”Jumlah mereka memang baru 11 persen dari total tamu Amaris, tetapi terus tumbuh,” ujar Hikmat Nugraha, General Manager Amaris Cihampelas.

Hotel Mutiara dan Hotel Grand Flower bahkan mulai didominasi para tamu dari Malaysia. Ani Sumarni, Sales Marketing Hotel Mutiara, mengatakan, jumlah tamu Malaysia telah mencapai 40 persen. Mereka menginap rata-rata 3-4 malam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com