Bagai kisah zaman Wild West, kepala beruang madu di Desa Kiram, Kecamatan Karangintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, kini diburu. Bahasa koboinya ”wanted dead or alive
Kepala Desa Kiram Abdul Salam menuturkan, langkah mengadakan sayembara ini di diambil lantaran sejauh ini belum ada upaya menangkap beruang madu (Helarcetos malayanus) itu. Dalam setahun terakhir sudah ada enam warga desa setempat yang menjadi korban luka-luka dan diduga itu akibat serangan beruang madu.
Korban terakhir adalah Maemunah (36) dan Saniah (40). Mereka luka di kepala, dada, dan kaki akibat cakaran dan gigitan binatang pada 21 April. Saat itu keduanya bersama empat orang lainnya tengah menyadap karet di perkebunan daerah Guntung Lua.
”“Ini inisiatif warga. Hadiahnya dari kepala desa,” ujar Abdul Salam, Kamis (9/6). Menurut dia, perburuan sudah mulai dilakukan oleh warga pada malam hari, dengan cara mengintai bersamaan waktunya dengan siskamling menjaga kampung. Warga melengkapi diri dengan tali, parang, dan tombak.
Diyakini beruang madu akan turun ke kampung pada malam hari untuk mendapatkan makanan di kebun warga, seperti buah kelapa dan nangka. Perburuan siang hari sulit dilakukan karena sifat beruang yang pemalu dan cepat melarikan diri.
Sejak munculnya ancaman beruang madu, kata Abdul Salam, warga merasa cukup terganggu dalam beraktivitas di kebun. Selama ini warga menggantungkan hidup dari menyadap karet. ”Awalnya kami merasa tenang karena dua bulan kampung aman dari serangan. Atas dasar itu, warga memutuskan diadakan perburuan,” katanya.
Diduga rusaknya habitat beruang madu di Pegunungan Meratus, termasuk Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam, menjadi penyebab masuknya hewan buas itu ke perkampungan. Mereka turun untuk mencari makan.
Berdasarkan data di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel, jumlah beruang madu di Tahura tahun 2006 tinggal 12 ekor. Padahal, puluhan tahun silam jumlah beruang di daerah ini, termasuk Meratus, mencapai ratusan ekor. Kepala BKSDA Kalsel Bambang Dahono Adji mengatakan, berkurangnya jumlah satwa ini disebabkan kerusakan alam yang terjadi. Sungguh malang nasib beruang madu dan rakyat yang menjadi korban.