Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Pantau Wabah E.coli

Kompas.com - 06/06/2011, 11:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan RI melakukan pemantauan perkembangan penyakit akibat bakteri Escherichia coli (E. coli), yang saat ini melanda beberapa negara di Eropa, dan telah mengeluarkan surat edaran kewaspadaan kepada seluruh jajaran kesehatan di Tanah Air.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama dalam siaran persnya di Jakarta, mengimbau masyarakat waspada terhadap kejadian luar biasa (KLB) penyakit akibat bakteri E. Coli yang melanda negara Eropa dan Amerika Serikat beberapa waktu terakhir.

"Bakteri E.coli dapat ditemukan pada usus manusia dan binatang berdarah panas, sebagian besar strainnya tidaklah berbahaya, tetapi strain tertentu enterohaemorrhagic E. coli (EHEC) akan dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan, seperti yang terjadi di Eropa sekarang ini," ujar Tjandra.

Gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Gejala lain yang juga dapat timbul akibat penyakit itu adalah demam dan muntah.

Masa inkubasi penyakit berkisar antara tiga sampai delapan hari, rata-rata empat hari dimana sebagian besar pasien dapat sembuh dalam 10 hari, tapi pada keadaan khusus yang kini juga terjadi pada sebagian kasus di Eropa, penyakit dapat berlanjut menjadi gawat dan berat, yang disebut dengan haemolytic uraemic syndrome (HUS).

HUS ditandai dengan kegalalan ginjal akut, anemia dan kekurangan trombosit (acute renal failure, haemolytic anaemia and thrombocytopenia) dan juga gangguan neurologis sampai stroke dan koma.

Diperkirakan sampai sekitar 10 persen pasien yang terinfeksi EHEC akan berlanjut menjadi HUS yang angka kematiannya berkisar antara 3 - 5 persen.

Untuk mencegah EHEC dan HUS, Tjandra menyarankan masyarakat untuk dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB) dan sebelum makan.

Konsultasi dokter

"Seseorang yang diare disertai pendarahan dan jika menderita sakit setelah bepergian dari Jerman dan kontak dengan penderita segera konsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan," kata Tjandra lebih lanjut.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menganjurkan lima hal bagi keamanan pangan yaitu menjaga kebersihan, memisahkan bahan mentah dengan makanan matang, memasak makanan sampai matang, menjaga makanan pada suhu aman, dan menggunakan air bersih untuk mencuci bahan pangan.

Peningkatan kasus E.Coli mulai terjadi di Jerman pada pertengahan Mei 2011-2 Juni 2011, Jerman menemukan 520 kasus haemolytic uraemic syndrome (HUS) dengan 11 kematian.

Selain itu, Pemerintah Jerman juga mencatat ada 1.213 kasus enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC) dimana enam diantaranya meninggal sehingga total terdapat 1.733 kasus dan 17 kematian di Jerman.

Selain Jerman, tambah Tjandra, ada 11 negara lain yang menemukan kasus ini yaitu Austria dengan kasus HUS 0 dan EHEC dua kasus, Republik Czech (HUS 0, EHEC 1), Denmark (HUS 7, EHEC 10), Perancis (HUS 0, EHEC 6), Belanda (HUS 4, EHEC 4), Norwegia (HUS 0, EHEC 1), Spanyol (HUS 1, EHEC 0), Swedia (HUS 15, EHEC 28), Swis (HUS 0, EHEC 2), Inggris (HUS 3, EHEC 4), dan Amerika Serikat (HUS 2, EHEC 0).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com