Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasakan MA-60...

Kompas.com - 31/05/2011, 04:52 WIB

Pak, waktu evakuasi MA-60 (yang kecelakaan di Kaimana, Papua Barat, 7 Mei 2011) ada ditemukan kayu di dekat puing pesawat. Apa artinya? Sardjono Jhony Tjitrokusumo, yang mendapat pertanyaan itu dari seorang wartawan beberapa saat setelah kecelakaan, dibuat pusing kepala. Namun, itulah antara lain desas-desus yang muncul di seputar MA-60. Desas-desusnya seperti tidak masuk akal, yaitu bagian pesawat baling-baling MA-60 terbuat dari kayu.

Jhony, Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, itu mengaku akhirnya kadang-kadang menjadi semacam petugas hubungan masyarakat MA-60. Padahal, Merpati hanya pengguna pesawat produksi Xi’an Aircraft International Corporation (XAIC).

Jhony sudah berulang kali menjelaskan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan masyarakat melalui media massa bahwa secara teknis pesawat MA-60 laik diterbangkan. Pabrik pesawat yang berdiri 1958 itu juga berpengalaman membuat 27 jenis pesawat militer.

Produksi pertamanya adalah pengebom FBC-1. Produksi XAIC juga mengerjakan sejumlah komponen Boeing dan Airbus. Bahkan, mesin MA-60 dibuat di Kanada, yaitu mesin Pratt and Whitney. Baling-baling buatan Hamilton Sundstrand Amerika Serikat. Secara umum, MA-60 setara dengan ATR-42 produksi Perancis. Namun, citra Merpati sudah telanjur pudar karena musibah itu. Musibah itu menambah tantangan Jhony yang baru setahun memimpin Merpati.

Pilot berusia 40 tahun itu sedang mentransformasi pola pikir penerbangan dari pelosok ke pelosok menjadi maskapai yang siap memasuki persaingan lokal, regional, dan global. Dampak yang dirasakan langsung badan usaha milik negara itu adalah turunnya tingkat keterisian penumpang (load factor) dari yang rata-rata 90 persen menjadi tinggal rata-rata 50-60 persen. Itulah sebabnya Jhony mengajak pers merasakan langsung sensasi terbang naik MA-60 di negara produsennya dan melihat langsung produksi pesawat itu.

Uji coba dilakukan Minggu (29/5) dari Bandar Udara Xi’an menuju Bandara kota kecil di utara Xi’an, yaitu Yan’an. MA-60 itu dioperasikan oleh Joy Air.

Hanya ada enam penumpang reguler di pesawat yang berangkat pukul 09.00 waktu setempat. Sisanya penumpang yang memenuhi pesawat berkapasitas 52 orang adalah 20 wartawan Indonesia, empat orang dari Merpati, dan staf XAIC. Penumpang keluar masuk lewat pintu belakang.

Suasana di dalam kabin seperti penerbangan lainnya. Selain pilot dan kopilot, pesawat itu diawaki seorang pramugara dan pramugari yang ramah.

Petunjuk penerbangan disampaikan dalam bahasa Mandarin dan Inggris. Kursi cukup ergonomis. Ruang kaki cukup lega untuk ukuran orang Asia, yaitu masih ada sisa 10 cm sampai 20 cm untuk lutut hingga sandaran kursi di depannya. Penumpang disuguhi kue kering dan air mineral.

XAIC dan Merpati telah berupaya meyakinkan media dan masyarakat soal keselamatan pesawatnya. Bisnis penerbangan merupakan bisnis kepercayaan. Kita tunggu upaya Merpati untuk makin meyakinkan konsumen bahwa keselamatan tetap nomor satu. (SUBUR TJAHJONO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com