Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jimly: Tidak Usah Terpancing SMS Fitnah

Kompas.com - 30/05/2011, 18:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Ashiddiqie menyarankan beberapa pihak yang disebutkan dalam SMS fitnah yang dikirimkan oleh seseorang yang mengaku sebagai Muhammad Nazaruddin agar tidak terpancing. Menurut Jimly, SMS tersebut merupakan bentuk ekspresi dari beberapa orang yang tidak puas dengan kinerja pemerintahan saat ini.

"Tidak usah dipedulikan. Dalam demokrasi ini kan sudah dibagi-bagi, ada tukang fitnah, ada tukang kritik, nanti juga akan berhenti sendiri," ujar Jimly seusai mengikuti sebuah diskusi bertajuk "Partai Politik Menggerogoti Anggaran Negara" di Rumah Perubahan, Jakarta, Senin (30/5/2011).

Jimly menambahkan, saat ini yang terpenting bagi para pejabat adalah tetap fokus pada berbagai permasalahan yang lebih penting yang telah terjadi dalam pemerintah saat ini. Jika memang tetap ingin diusut siapa orang di balik SMS  fitnah tersebut, ia menilai, hal tersebut hanya menghabiskan waktu.

"Bisa memang pengirim SMS itu dilacak. Tapi, kan itu terlalu menghabiskan waktu kita. Sedangkan kita enggak bisa mengontrol orang yang akan bikin SMS lagi. Kita hadapi dengan lapang dada saja supaya tidak menyita waktu terlalu banyak untuk urusan seperti itu. Masih banyak hal-hal penting selain itu. Gitu aja kok repot," jelasnya.

Karena itu, Jimly menyarankan agar berbagai pihak yang disebutkan namanya dalam isi SMS fitnah tersebut agar tetap tenang menanggapinya.

Menurut Jimly, berbagai kritikan, kecaman, ataupun kebencian dari masyarakat merupakan sebuah risiko seorang pejabat atau politisi yang harus diterima dengan akal sehat agar lebih baik dalam menjalankan tugas-tugasnya. "Yang terpenting itu kita terus berbuat baik saja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. Dan, kalaupun kita klarifikasi, itu tidak akan meyakinkan musuh kita," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pesan singkat atas nama Nazaruddin yang beredar di kalangan menggunakan nomor telepon dengan kode wilayah Singapura, yaitu +6584393xxx. Orang yang mengaku Muhammad Nazaruddin tersebut menyatakan akan membalas dendam dari Singapura karena merasa dikorbankan oleh Partai Demokrat. Dalam pesan itu juga disebut nama para petinggi Demokrat, seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, dan Andi Nurpati.

Dalam keterangan persnya hari ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut pihak yang menyebarkan SMS itu sebagai orang yang pengecut, tidak kesatria, dan tidak bertanggung jawab. Perilaku seperti itu adalah perilaku yang menghancurkan bangsa Indonesia.

"Fitnah yang sungguh luar biasa menghina dan melecehkan pribadi saya. Dengan bahasa terang benderang, saya katakan mereka itu tidak kesatria, pengecut, tidak bertanggung jawab karena tidak menampakkan dirinya. Kepada mereka-mereka itu, saya sampaikan jangan biasakan menyebar racun fitnah. Mari secara kesatria kita berhadapan demi hukum, demi keadilan," kata Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

    "Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

    Nasional
    Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

    Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

    Nasional
    PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

    PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

    Nasional
    Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

    Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

    Nasional
    Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

    Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

    Nasional
    Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

    Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

    Nasional
    Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

    Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

    Nasional
    Logo dan Tema Hardiknas 2024

    Logo dan Tema Hardiknas 2024

    Nasional
    Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

    Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

    Nasional
    PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

    PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

    Nasional
    Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

    BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

    Nasional
    Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

    Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

    Nasional
    GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

    GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com