HARRY SUSILO
Perempuan itu beberapa kali menengok ke luar pintu tenda yang sebagian tertutup salju. ”Saya harus memastikan kalau kabutnya sudah hilang, sehingga pesawat dapat mendarat,” kata Roderick di Kahiltna, kamp utama (base camp
Tak lama terdengar suara dari luar tendanya yang berukuran 3 x 4 meter. ”Bagaimana Lisa, apakah kami bisa terbang?” tanya seorang pendaki dari Amerika Serikat (AS) yang berniat kembali ke Talkeetna.
”Sebentar lagi pesawat kalian tiba,” jawab Roderick.
Bagi para pendaki yang akan ke Denali, pesawat adalah satu-satunya alat transportasi dari distrik terakhir, Talkeetna, untuk menjangkau kamp utama Denali (2.200 meter di atas permukaan laut) atau sebaliknya. Perjalanan dengan pesawat ditempuh sekitar 45 menit.
Pesawat jenis Otter, Beaver, maupun Cessna 185 berkapasitas 4-10 penumpang itu biasanya mendarat di padang es Kahiltna dengan landasan pacu seadanya. Di landasan itu hanya terdapat tonggak-tonggak plastik berwarna merah, satu-satunya acuan saat pesawat mendarat.
Tugas utama Roderick adalah memantau kondisi cuaca dan melaporkannya kepada pilot yang akan menerbangkan pesawat ke kamp utama dan sebaliknya. Jam kerjanya sesuai dengan jadwal terbang pesawat, pukul 08.00–20.00.
”Mulai dari kecepatan angin, seberapa tebal salju di Kahiltna, dan kondisi awan, semua saya informasikan kepada pilot,” katanya sambil mendengarkan radio perkiraan cuaca.
Dari hasil observasinya, Roderick merekomendasikan pesawat bisa berangkat atau tidak, dan memastikan landasan dapat didarati dengan aman. Dia adalah penjaga kamp utama Denali sekaligus pengatur lalu lintas penerbangan. Manajer kamp utama adalah jabatan tak resmi yang dilekatkan kepadanya karena tanggung jawabnya yang vital.