Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pancasila Perlu Diaktualisasikan Kembali

Kompas.com - 26/05/2011, 20:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Perlukah konsensus nasional lagi untuk Pancasila? Menurut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Rabu (25/5/2011), hal itu perlu. Sebab, perlu diaktualisasikan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan cara pandang serta berperilaku bangsa Indonesia. Diharapkan semua perwakilan elemen bangsa ikut dalam musyawarah nasional.

Dari musyawarah nasional itu diharapkan melahirkan konsensus nasional baru untuk melaksanakan Pancasila dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) diharapkan bisa menjadi inisiator yang melibatkan semua pemangku kepentingan bangsa dalam pertemuan tersebut.

"Kalau dulu, sebelum Orde Baru memimpin, ada seminar TNI AD tahun 1966 di Bandung yang melahirkan konsensus nasional. Maka, saat reformasi dimulai tahun 1998, tidak ada musyawarah apa pun yang melahirkan konsensus bersama untuk menjalankan reformasi. Akibatnya, ya, sekarang ini terhadap nilai-nilai Pancasila," ujar Gamawan kepada Kompas, Selasa (24/5/2011) di Gedung Kementerian Dalam Negeri, Jakarta.

Dulu seminar TNI AD

Menurut Gamawan, sebelum Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia melalui para pendiri bangsa ini juga sebenarnya sudah duduk bersama untuk melahirkan konsensus nasional melalui rangkaian sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengenai Pancasila dan UUD 1945.

Oleh sebab itu, tambah Gamawan, tidak ada salahnya jika musyawarah untuk melahirkan konsensus nasional pascareformasi diadakan kembali.

"Musyawarah harus dipelopori oleh MPR dengan melibatkan seluruh stakeholder di Indonesia agar Pancasila dan UUD 1945 benar-benar dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sebagai sumber hukum kita," lanjut Gamawan.

Gamawan menambahkan, musyawarah yang melibatkan banyak elemen bangsa harus benar-benar efektif dijalankan agar bisa memberikan konsensus nasional yang bermanfaat dan dapat dijalankan oleh semua komponen bangsa.

"Ada pepatah Minangkabau yang menyebutkan, jika kita sesat di ujung jalan, kita harus kembali ke pangkal jalan. Artinya, jika kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat kita mengalami persoalan, maka kita harus kembali ke cita-cita awal, yaitu Pancasila dan UUD 1945," demikian Gamawan.

Secara terpisah, pengajar Hukum Tata Negara Universitas Andalas, Sumatera Barat, Saldi Isra mengatakan, para hakim di Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), dan pengadilan tata usaha negara (PTUN) dapat menjadi pengawal yang memperkuat proses legislasi melalui pengujian secara konstitusionalitas.

"Mereka secara kolektif akan menguji konstitusionalitas setiap UU dan ketentuan lainnya dengan rujukan Pancasila dan UUD 1945," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

    ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

    Nasional
    Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

    Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

    Nasional
    Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

    Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

    Nasional
    Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

    Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

    Nasional
    Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

    Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

    Nasional
    Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

    Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

    Nasional
    Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

    Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

    Nasional
    Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

    Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

    Nasional
    Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

    Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

    Nasional
    TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

    TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

    Nasional
    Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

    Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

    Nasional
    Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

    Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

    Nasional
    Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

    Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

    Nasional
    Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

    Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

    Nasional
    Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

    Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com