JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif kembali melayangkan kritik tajam kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selama tujuh tahun memimpin negeri ini, SBY dinilainya tak bisa memperbaiki kondisi bangsa. Salah satu kritik yang disampaikan Syafii adalah kelambanan SBY dalam memberantas kasus korupsi di negeri ini, termasuk kasus yang tengah menjadi sorotan publik, yaitu dugaan suap proyek wisma atlet SEA Games yang diduga melibatkan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin.
"Sebenarnya saya malas berkomentar mengenai masalah ini. Memang sekarang ini seperti tidak ada pemerintah. Walaupun ada pemerintah, tetapi tidak berfungsi karena lemah," ujarnya di Jakarta, Kamis (19/5/2011).
Syafii menambahkan, ketidakmampuan dan ketidaktegasan SBY dalam memimpin juga dapat dilihat dalam beberapa kasus lain. Ia mencontohkan kasus Bank Century dan lumpur Lapindo yang sampai saat ini belum juga terselesaikan.
"Selama pemerintahan dia, apakah kasus Century dan Lapindo sudah selesai? Tidak ada itu yang diselesaikan. Yang terjadi justru rekayasa yang membuat banyak orang malah berspekulasi," tambahnya.
Jika kasus-kasus tersebut terus dibiarkan oleh pemerintahan SBY, lanjut Syafii, hal itu akan dapat menjauhkan Indonesia dari semangat dan cita-cita perjuangan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
"Coba saja Anda tanya kepada orang yang jujur, pasti mereka akan menjawab bahwa kita saat ini memang sudah menjauh dari cita-cita itu," katanya.
Bahkan, Syafii menyatakan bahwa dia tidak tahu bagaimana lagi harus mengingatkan Presiden SBY agar kembali ke tujuan negara sebagaimana diamanahkan oleh UUD 1945. Menurut Syafii, selama ini berbagai upaya telah dia lakukan, salah satunya bersama tokoh-tokoh lintas agama, untuk terus mengingatkan SBY.
"Saya sendiri sesungguhnya merasa lelah. Tetapi jangan sampai berhenti berteriak. Oleh karena itu, saya akan berteriak terus. Saya juga harapkan para pemuda yang masih memelihara optimisme, jangan sampai optimisme itu luntur. Kita harus optimistis, siapa tahu nanti ada intervensi kekuatan langit, yaitu kekuatan transendental, yang akan mengabulkan upaya kita," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.