Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Sudah "Mati Rasa"

Kompas.com - 10/05/2011, 15:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia,  Burhanuddin Muhtadi, mengatakan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat telah mati rasa terhadap kritik keras publik. Hingga saat ini, DPR dinilai tak merespons aspirasi publik yang sebagian besar mendesak mereka memublikasikan hasil kunjungan kerja Dewan ke luar negeri yang dilakukan selama ini.

"Sebenarnya ini bukan persoalan baru lagi mereka (anggota DPR) seperti ini. Sudah lama mereka melakukan studi tersebut tanpa proses mekanisme transparansi yang jelas," ujar Burhanuddin ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (10/5/2011).

Burhanuddin menuturkan, DPR hasil Pemilu 1999 (masa bakti 1999-2004) tercatat melakukan beberapa perjalanan ke luar negeri, lalu jumlah tersebut meningkat pada DPR hasil Pemilu 2004 (masa bakti 2004-2009), dan terus meningkat pada DPR periode saat ini (2009-2014). Namun, dari banyaknya perjalanan tersebut, hasil yang diungkapkan kepada publik dapat dihitung dengan jari.

"Kalau begitu, kan ujung-ujungnya dapat dikatakan kunjungan kerja itu tidak lebih dari kedok untuk menutupi nafsu pelesiran mereka saja," kata dosen UIN Syarif Hidayatullah ini.

Burhanuddin menambahkan, tak ada korelasi positif antara kinerja legislasi dan hasil studi banding. Padahal, studi ke luar negeri dilakukan dalam rangka penyelesaian pembahasan rancangan undang-undang. Ia mencontohkan, pada tahun 2010 DPR menargetkan pengesahan sebanyak 70 RUU. Kenyataannya, hanya tercapai 7 RUU yang mampu disahkan menjadi UU pada tahun tersebut.

Selain itu, lanjutnya, produk-produk UU yang dihasilkan pun masih banyak yang bermasalah. "Lalu, dalam hal budgeting juga. Ada dana miliaran rupiah, tapi tidak jelas untuk apa dana tersebut karena tidak ada transparansi," tuturnya.

Untuk itu, ia menyarankan agar agenda studi banding dihentikan terlebih dahulu, sampai ada proses dan mekanisme transparasi yang jelas. Misalnya, dalam hal moratorium studi banding DPR. Menurut dia, hal tersebut harus dilakukan untuk mengevaluasi tentang urgensi studi banding tersebut, tidak hanya sekadar menentukan hasil-hasil yang tepat dalam studi banding tersebut. Selain itu, pada sidang paripurna, pembahasan mekanisme studi banding pun tidak harus ditutupi-tutupi.

Menurut Burhanuddin, masyarakat juga harus mengetahui apa yang dibicarakan dan disusun dalam pembahasan tersebut. "Agar konsep dan urgensinya jelas dan mekanisme transparansi juga harus clear. Jadi, jangan sampai ada lagi, misalnya, anggota DPR melakukan studi banding ke Afrika Selatan untuk mempelajari bagaimana pramuka di sana," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

    Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

    Nasional
    Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

    TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

    Nasional
    Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

    Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

    Nasional
    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

    Nasional
    Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Nasional
    Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

    Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

    Nasional
    Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

    Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

    Nasional
    KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

    KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

    Nasional
    Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

    Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

    Nasional
    Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

    Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

    Nasional
    Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

    Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

    Nasional
    Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

    Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

    Nasional
    KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

    KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

    Nasional
    Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

    Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com