KOMPAS.com - Sukanto (34), aktivis Negara Islam Indonesia tahun 1996-2001, yang juga alumnus Universitas Nasional, bercerita di depan mahasiswa Universitas Indonesia, Kamis (5/5/2011) lalu. Ia berbicara tentang seluk-beluk NII sejak didirikan Kartosuwiryo tahun 1949, pola perekrutan dan pendanaan, hingga upaya infiltrasi ke partai politik. Hari Jumat lalu ia berbicara hal yang sama kepada mahasiswa Universitas Dharma Persada, Jakarta.
NII ingin mengubah Republik Indonesia menjadi NII. NII memiliki struktur komandemen dari pusat hingga wilayah yang terdiri dari tujuh komandemen wilayah (KW).
Kartosuwiryo dieksekusi tahun 1962. Namun, lebih dari 100 rekan seideologinya yang kembali ke Indonesia kemudian dipakai Ali Murtopo untuk beberapa agenda, termasuk menumpas Partai Komunis Indonesia. NII bermetamorfosis beberapa kali di bawah kepemimpinan Adah Djaelani dan Ajengan Masduki. Adah Djaelani membentuk KW 8 di Lampung dan KW 9 di Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Banten. Setiap KW memiliki aliran yang berbeda. Salah satunya adalah KW 2 di Jawa Tengah, tempat Abdullah Sungkar pernah dibaiat.
Tahun 1996 Adah Djaelani menyerahkan posisi imam kepada Abu Toto alias Panji Gumilang. Ini mendapat tentangan dari KW lain karena ajaran NII yang diusung Panji Gumilang dianggap salah. Sejak itu, untuk membedakan dengan KW lain, kelompok yang dipimpin Panji Gumilang disebut NII KW 9.
NII KW 9 memiliki program sendiri. Tahun 2005-2009 targetnya...(Selengkapnya baca Harian Kompas, Senin 9 Mei 2011, halaman 4)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.