Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timur-Barat Seni Taman Tropis

Kompas.com - 07/05/2011, 02:36 WIB

Pencarian

Wijaya telah melakoni bermacam pekerjaan sebelum kemudian menjadi arsitek pertamanan. Dia pernah bekerja sebagai guru Bahasa Inggris, pelatih tenis, pemandu wisata, wartawan foto, hingga kontributor pada buku panduan.

Dalam kurun 1979-1981, masa awal kariernya, Wijaya dipercaya menggarap hampir semua taman dalam (courtyard) di kawasan Batu Jimbar. Proyek besar pertamanya—bersama Ketut Marsa, sahabatnya—adalah membuat taman untuk Hotel Oberoi, karya arsitek Peter Muller. Di taman yang dianggap sebagai bukti bakatnya, Wijaya sepenuhnya menggunakan tanaman lokal.

Sebagai sosok yang ikut mewarnai jagat seni taman, Wijaya selalu mendorong generasi baru arsitek dan perancang taman untuk menilai taman tropis sebagai seni. Dia kerap melontarkan kritik terbuka terhadap aliran baru yang bergaya minimalis, tetapi menurut dia tidak menangkap esensi taman sebagai bagian budaya.

”Saya sedikit kontroversial, lidah cenderung agak tajam,” kata Wijaya. ”Saya mewarisi semua itu dari ibu saya (Mavis White), green thumb and sharp tongue,” tambahnya.

Wijaya telah mencapai puncak-puncak pencariannya. Villa Bebek yang menjadi studio-rumah permanennya di Bali, dia sebut sebagai lahan pelatihan terakhir dalam menemukan museum seni taman. Desain Taman Tropis, demikian Wijaya, adalah penghormatan atas usainya pencarian museum seni yang hidup tersebut.

Made Wijaya

• Nama lain: Michael White • Lahir: Sydney, Australia, 22 Maret 1953 • Pekerjaan: - Arsitek dan perancang taman dengan 700-an karya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Timur Tengah, India, Hindia Barat, dan Amerika - Berkontribusi dalam Asian Tropical Style dan mengajar desain lanskap di National University of Singapore • Buku: Ia menulis 8 buku, antara lain ”The Complete Stranger in Paradise”, ”Architecture of Bali: A Source of Traditional and Modern Forms”, ”Modern Tropical Garden Design”, dan ”The Best of Stranger in Paradise”.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com