JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault menyatakan rela jika Wafid Muharam tidak ingin ia sebagai pengacaranya meskipun kesediannya menjadi pembela Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga yang tersangkut kasus dugaan suap itu telah melanggar pesan almarhum ayahnya, HM Dault SH.
Dault dikenal sebagai pengacara dan politisi senior yang sering melawan pemerintahan Orde Baru. "Pesan sebelum ayah meninggal, saya boleh membela perkara apa pun, asal jangan perkara korupsi atau suap. Sekarang saya terpaksa membela perkara suap mantan staf saya," kata Adhyaksa di ruang kerjanya sebagai pengacara dan komisaris BRI, Jakarta, pekan lalu.
Wafid sendiri pekan lalu tertangkap tangan oleh KPK karena menerima cek Rp 3,2 miliar terkait proyek pembangunan wisma atlet SEA Games.
Adhyaksa meyakini, mantan anggota stafnya itu bukan seorang koruptor. "Tak mungkin orang berani terima suap di kantornya sendiri, apalagi di hadapan anak buahnya. Suap-menyuap, itu, kan, biasanya di tempat 'gelap', seperti di hotel atau restoran," tuturnya.
Adhyaksa mengenal Wafid sebagai anggota staf yang sederhana dan jujur. "Sampai sekarang dia tinggal di Perumnas Karawaci, Tangerang," ujarnya.
Pada Selasa (3/5/2011), Wafid mencabut kuasanya terhadap Adhyaksa sebagai kuasa hukumnya. Wafid beralasan enggan merepotkan mantan atasannya itu, sebagaimana disampaikan kuasa hukum Wafid lainnya, Erman Umar.
"Pak Wafid merasa Pak Adhyaksa sangat sibuk berat. Ada event-event olahraga internasional di dalam negeri," ujar Erman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.