Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mari Kita Lawan Mafioso dan Koruptor

Kompas.com - 03/05/2011, 02:53 WIB

Salah satu cara untuk membungkam sikap kritis akademisi adalah dengan memberinya jabatan. Mengapa Anda mau menerima tawaran sebagai staf khusus presiden?(Laksmi Amalia, Sleman, Yogyakarta)

Alasan dan motif seseorang mungkin kurang penting dibandingkan dengan apa yang ia lakukan setelah berada di lingkungan pembuat keputusan. Saya biarkan Anda dan masyarakat yang menilai orang seperti saya. Saya hanya ingin memastikan bahwa saya mengendalikan kesadaran dan berpijak pada keadilan dalam setiap tindakan yang menentukan nasib orang banyak di ruang publik.

Tuduhan pembungkaman pasti muncul ketika saya menerima amanah sebagai staf khusus presiden. Tuduhan demikian adalah risiko pilihan yang saya jadikan lonceng pengingat untuk terus menjaga idealisme meskipun penuh tantangan karena berada di pusat pengambilan kebijakan. Yang pasti, sikap kritis dan antikorupsi bukanlah sikap yang hanya dimonopoli akademisi atau aktivis LSM saja. Justru, berada di dalam sistem pemerintahan dan tetap konsisten berjuang membutuhkan tenaga lebih.

Faktanya, praktik korupsi lebih banyak ada di dalam lingkaran kekuasaan. Berperang menghadapinya tidak cukup hanya dengan berteriak di luar medan pertempuran. Terjun langsung ke medan perang pasti berisiko, tetapi tidak ada pertempuran yang dimenangkan jika semua hanya menjadi komentator dan berada di garis belakang.

Yang pasti, di mana pun kita bekerja, motivasi dan niat memang harus selalu dicuci untuk menjadikan amanah yang diberikan hanya sebagai kesempatan berjuang untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik, lebih antikorupsi.

Sebagai pemrakarsa berdirinya Pusat Kajian Anti Korupsi UGM, menurut Mas Denny, faktor apa yang menyebabkan maraknya korupsi di daerah serta bagaimana cara pencegahannya? (Firmansyah, Makassar)

Korupsi di daerah semakin marak seiring dengan desentralisasi dan kewenangan pemerintah daerah yang semakin besar. Kita harus selalu ingat, power tends to corrupt. Korupsi bersumber dari kekuasaan yang terlalu besar, minus amanah. Maka mekanisme kontrol harus diefektifkan. Kita sebagai rakyat pun harus terus mengasah kecerdasan dan kepekaan dalam memilih kepala daerah dan anggota legislatif daerah yang lebih bersih rekam jejak antikorupsinya.

Bagaimana awal mulanya Anda menjejakkan kaki di pemerintahan? Apa pengaruh positifnya bagi Anda dan keluarga? (Halima, Jakarta Timur)

Di akhir 2008, ada tantangan yang datang dari Presiden SBY untuk membantu beliau sebagai staf khusus. Saya diskusikan penugasan itu dengan keluarga serta rekan-rekan seperjuangan. Semuanya mendukung saya untuk menerima amanah tersebut. Meskipun, istri dan anak saya sebenarnya lebih merasa nyaman dan betah tinggal di Yogyakarta karena dengan profesi sebagai dosen Fakultas Hukum UGM hidup kami pasti lebih tenang, nyaman, dan tidak banyak ancaman.

Positifnya, kami sekeluarga banyak berlatih untuk lebih sabar dan ikhlas. Karena, di era bernegara yang demokratis, mengemban amanah di dalam pemerintahan setiap saat berhadapan dengan sorotan dan kritikan. Meskipun, terus berjuang melawan mafia, mempertahankan idealisme antikorupsi, namun apresiasi adalah barang langka. Inilah proses pembelajaran yang sangat baik untuk lebih sabar dan ikhlas. Toh, perjuangan antikorupsi memang tidak membutuhkan apresiasi, perjuangan antikorupsi membutuhkan konsistensi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com