Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yohanes Paulus II Jadi "Beato"

Kompas.com - 02/05/2011, 03:59 WIB

Vatican City, Minggu - Paus Benediktus XVI, Minggu, membeatifikasi Paus Yohanes Paulus II di hadapan lebih dari sejuta umat di Lapangan Santo Petrus di Vatican City, yang membuat almarhum Paus itu selangkah lebih dekat untuk mendapat status orang suci bagi orang Katolik.

Umat di Roma dan kota-kota di seluruh dunia bersorak gembira, meneteskan air mata, dan bertepuk tangan saat Paus Benediktus XVI selesai menyatakan, ”Mulai sekarang Paus Yohanes Paulus II disebut beato, ’yang terberkati’,” dan sebuah banner dengan gambar wajah Paus asal Polandia itu dibuka di bagian muka Basilika Santo Petrus.

”Dia memberikan kembali pada Kristianitas wajah aslinya sebagai sebuah agama harapan,” kata Benediktus XVI dalam khotbahnya, merujuk pada peran menentukan Yohanes Paulus II dalam membantu meruntuhkan komunisme.

Beatifikasi adalah langkah pertama di jalur menuju kemungkinan menjadi santo/santa (orang suci), salah satu penghargaan tertinggi Gereja Katolik.

Sebanyak 86 delegasi resmi juga hadir dalam upacara itu dan para peziarah melambai-lambaikan bendera dari seluruh dunia di lapangan yang bermandikan sinar matahari itu.

Paus menyatakan tanggal 22 Oktober sebagai hari peringatan Yohanes Paulus II.

Biarawati Marie Simon-Pierre Normand, biarawati Perancis berusia 50 tahun yang menyatakan kesembuhannya dari penyakit parkinson sebagai mukjizat melalui perantaraan almarhum Paus itu, terlihat tersenyum dan bertepuk tangan pada upacara yang emosional itu.

Kesembuhan Normand telah diakui sebagai mukjizat yang memberikan alasan beatifikasi Yohanes Paulus II setelah bertahun-tahun penyelidikan oleh Vatikan. Sebuah mukjizat kedua yang terbukti kini diperlukan agar Yohanes Paulus II diangkat menjadi santo dan Vatikan telah memeriksa ratusan mukjizat yang dilaporkan.

Lapangan Santo Petrus penuh sesak dan umat memadati sampai sejauh Sungai Tiber, lebih dari setengah kilometer dari lapangan itu. Ini adalah kumpulan massa terbesar di Roma sejak pemakamannya enam tahun lalu, yang dihadiri 4 juta orang. Para peziarah bergerak menuju kawasan Vatikan dari segala penjuru mulai sebelum fajar untuk mendapatkan tempat yang baik.

Polisi memperkirakan, massa di kawasan Vatikan sekitar 1,5 juta orang. Banyak dari mereka bermalam di lapangan itu, yang berhiaskan poster-poster almarhum Paus itu dan salah satu perkataannya yang paling terkenal, ”Janganlah takut!”

Banyak dari umat adalah peziarah dari Polandia, negara asal Yohanes Paulus II. Puluhan bendera putih-merah Polandia tampak di atas massa.

Sejumlah 86 delegasi resmi seluruh dunia, termasuk anggota lima keluarga kerajaan Eropa dan 16 kepala negara, menghadiri beatifikasi itu. Delegasi resmi itu termasuk Presiden Zimbabwe Robert Mugabe, yang gencar dikritik atas pelanggaran HAM di negaranya. Mugabe dilarang bepergian ke Uni Eropa, tetapi Vatikan bukan anggota Uni Eropa.

Para ahli mengatakan, beatifikasi itu bisa membantu Vatikan membersihkan citra yang ternoda oleh berbagai skandal rohaniwan paedofil. Namun, ada juga yang mengkritik dipercepatnya prosedur yang biasanya makan waktu puluhan hingga ratusan tahun itu.

Masa kepausannya dari tahun 1978 sampai 2005 membantu menginspirasi gerakan religius awam dan kelompok muda.

Peti jenazah Paus Yohanes Paulus II digali kembali dari makam di bawah Basilika Santo Petrus dan ditempatkan di depan altar utama. Peti jenazah itu akan berada di sana dan basilika itu akan tetap dibuka sampai semua pengunjung, yang ingin melihatnya, telah melihatnya. Peti itu kemudian akan dipindahkan ke tempat baru di bawah sebuah altar di kapel sisi dekat patung Pieta. (Reuters/AP/AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com