Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kearifan Lokal Tergerus Zaman

Kompas.com - 23/04/2011, 14:31 WIB

“Kami akhirnya melakukan pendekatan rasional bahwa sumber air itu milik bersama dan harus dilestarikan. Pengetahun warga kami cukup terbuka karena akses pendidikan di Kota Bandung relatif dekat,” ungkap Agus Darajat, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana Lestari Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.

 

Konservasi-ekonomis     

 

Perambahan yang menyebabkan alih fungsi lahan dari penangkap air (catchment area) menjadi pertanian semusim, terkait kepemilikan tanah yang sempit akibat tekanan penduduk. Di Kecamatan Kertasari, menurut Dede Jauhari, seorang penggerak Masyarakat Peduli Sumber Daya Alam setempat, dihuni 70.000 penduduk atau 12 ribu kepala keluarga yang hampir seluruhnya berusaha tani.     

 

Secara umum, Kawasan Hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan didominsasi oleh Kawasan Hutan Lindung dan sebagian besar kawasan masuk dalam daera aliran sungai (DAS) Citarum Hulu. Salah satu area yang menjadi pusat perhatian Perum Perhutani adalah Situ Cisanti yang merupakan hulu sungai Citarum. Aliran sungainya mengalir melalui kawasan hutan yang berada di Resor Pemangkuan Hutan Pacet Bagian KPH Ciparay petak 59, 60.     

 

Sebagian besar kawasan hutan yang berada pada aliran utama DAS Citarum Hulu lebar kawasan hutan hanya berkisar antara 50 m s/d 200 m. Sedangkan areal di sekitarnya merupakan tanah milik masyarakat yang dijadikan areal pertanian sayuran dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi. “Mengingat posisi yang sangat vital, maka diperlukan kegiatan  peningkatan kualitas sempadan sungai DAS Citarum Hulu yang berada dalam kawasan hutan,” ujar Bambang Julianto, Administratur Perum Perhutani Bandung Selatan.     

 

Guna meningkatkan fungsi konservasi dari kawasan hutan, maka perlu dilakukan pengkayaan dengan penanaman tanaman yang berfungsi sebagai penahan erosi permukaan maupun longsor.  Jenis-jenis yang dipilih adalah jenis kaliandra, bambu dan rumput gajah. Pemilihan jenis tersebut dimaksudkan selain fungsinya sebagai penahan erosi dan longsor, fungsi ekonomi dari ketiga jenis tersebut juga dapat menjadi salah satu sumber dari pendapatan masyarakat. Warga bisa mengembangkan perlebahan maupun peternakan.     

 

Terhadap warga perlu dilakukan pendekatan konservasi dan ekonomis. Pemilihan jenis tanaman kaliandra misalnya  membantu pengembangan perlebahan di samping sebagai penyedia kebutuhan kayu bakar bagi masyarakat sekitar.      Pengembangan rumput gajah sebagai penahan erosi permukaan juga sebagai penyedia hijauan makanan ternak yang merupakan salah satu budaya usaha masyarakat sekitar. Sedangkan pengembangan bambu yang memiliki perakaran kuat akan berfungsi menahan sempadan sungai dari gerusan air.     

 

Apapun inisiatifnya, upaya pelestarian daerah hulu sungai Citarum harus dilakukan semua pihak karena sungai purba sepanjang 310 kilometer yang mengalir dari Situ Cisanti hingga laut Jawa di ujung Kabupaten Karawang-Bekasi ini sangat strategis. Salah satunya,  penyumbang listrik interkoneksi Pulau Jawa Bali untuk menggerakan usaha dan menerangi hampir setengah dari penduduk republik ini.     

 

Luas daerah alirannya mencapai 718.289 hektar. Terdiri dari hutan negara 158.174 hektar (22 persen), yakni milik Perhutan 137.298 hektar (19 persen) dan kesatuan pemangkuan hutan Bandung Selatan 55.446 hektar (8 persen). Kawasan konservasinya hanya tiga persen.

 

Sebagian besar lahan di daerah aliran sungai terpanjang di Jabar ini milik masyarakat, 560.094 hektar (78 persen) yang didominasi oleh lahan pertanian, pemukiman, industri dan lain-lain. Semua limbah dari aktivitas kehidupan di kawasan ini dibuang ke Citarum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com