Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiranto: Kompetisi 2014 Sangat Ketat

Kompas.com - 23/04/2011, 13:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto menegaskan, Hanura tidak sedang merencanakan sebuah kekalahan menghadapi tugas-tugas politik apa pun, termasuk Pemilu 2014. "Makanya, untuk memenangkan pertandingan (pada 2014), butuh perencanaan yang matang, eksekusi yang cerdas, serta pengawasan total, karena kompetisinya sangat ketat," tandas Wiranto di Ruang Sidang DPP Partai Hanura, di Jakarta, Sabtu (23/4/2011).

"Tanpa perencanaan, kita merencanakan kekalahan. Di sinilah pentingnya elemen lembaga perencanaan itu, yakni Badan Perencanaan Pemenangan Pemilu (Bappilu)," katanya, didampingi Ketua Bappilu Partai Hanura, Yuddy Chrisnandi.

Satu hal yang menjadi target utama Hanura, menurut Wiranto, adalah adanya kiat baru menyiapkan pemimpin formal bermoral, yaitu kader-kader yang berpedoman pada hati nurani rakyat atau Hanura.

Kenalilah hati rakyat

Wiranto kemudian memberi kiat-kiat khas tentang model perencanaan, eksekusi, dan pengawasan, baik berdasarkan berbagai referensi maupun diangkat dari pengalaman pribadinya selaku Panglima ABRI, Menhankam, dan Menko Polkam. "Dalam kaitan inilah kita harus berdayakan Bappilu sebagai badan perencanaan untuk memenangkan seluruh pertarungan, khususnya pemilu. Lembaga ini harus bergerak dari tingkat DPP, DPD, hingga DPC," ujarnya.

Menurut Wiranto, Bappilu merupakan otak sekaligus pemberi arahan bergerak. "Tentunya eksekutornya ialah DPP, DPD, dan DPC. Jadi ingat, perencanaan itu sangat vital. Tanpa perencanaan yang baik, kita telah merencanakan kekalahan kita," tegasnya.

Melalui perencanaan, Hanura bisa mengenal segala medan, cuaca, dan lapangan dalam bentuk apa pun. "Juga dengan perencanaan, kita bisa mengenal lawan kita. Ini penting. Kenalilah lawan, dan jika kita menghadapi 1.000 peperangan, capailah pula 1.000 kali kemenangan," tandasnya.

Wiranto menyatakan pula, optimisme bergerak harus muncul dengan memahami kapasitas dan kemampuan kita. "Sesudah itu, ketahui musuhmu, cari tahu cara kerja musuh, kemudian kenali lingkungan operasi. Dan yang teramat penting dari semuanya, bagaimana kita merebut hati rakyat. Makanya, kenalilah hati rakyat," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com