Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus "Cuci Otak" Siap Dibawa ke KontraS

Kompas.com - 20/04/2011, 11:41 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Bila aparat berwenang tak kunjung bertindak cepat membongkar praktik penipuan uang yang diwarnai aksi cuci otak dan bumbu-bumbu bualan pendirian Negara Islam Indonesia (NII), maka keluarga korban akan membawa perkara ini pada Komisi Anti Kekerasan dan Orang Hilang (KontraS).

Ismed Jayadi, warga Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), paman dari Mahatir Rizqi, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) (Jawa Timur) yang hingga kini tidak diketahui rimbanya karena diduga menjadi korban aksi cuci otak, menyatakan hal itu, Rabu (20/4/2011). Ia menilai, banyak pihak yang sejak semula seharusnya bertindak, termasuk pengurus kampus UMM dan aparat kepolisian, ternyata tidak kunjung bertindak. Padahal, semua identitas jejaringnya ada di tangan aparat.

Rizki, menurut informasi teman-temannya yang dikumpulkan keluarga Ismed, direkrut oleh seorang mengaku berasal dari Lampung, tinggal kos di Jalan Kembang Turi, Malang. Nama perekrut itu adalah Muhayyin.

Berdasarkan penelusuran, Muhayyin pernah memberikan KTP kepada ibu kos. Ismed mengatakan, jika sejak semula kepolisian tanggap, mestinya polisi bisa mencari alamat orang itu di Lampung. Demikian pula, ada alamat di Yogyakarta dan Surabaya, tempat para korban pernah direkrut oleh aksi cuci otak NII yang kemudian berbuntut minta uang. Para korban disinyalir pernah tinggal di alamat tersebut selama proses baiat.

"Namun tidak ditelusuri, bahkan tidak dicegah," tegas Ismed.

Artinya, lanjut dia, bumbu NII palsu ini sudah membuat pihak kampus dan polri segan atau takut. Padahal, sejak 2008 ada 15 mahasiswa telah jadi korban.

"Itu bekal fakta yang cukup untuk menelusuri dan mencegah korban lebih banyak," katanya.

Tapi anehnya, kata Ismed, mereka (polisi) tidak juga bergerak. Ia mengingatkan, penipuan berkedok NII dengan aksi penipuan energi listrik dari air atau panen padi varietas unggul yang bisa produksi berpuluh ton secara fantastis, juga pernah menipu banyak orang di tanah air, termasuk kantor Kepresidenan beberapa tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com