Seperti dilaporkan wartawan Kompas
Di Bandara Sendai, beberapa bangkai pesawat kecil dan helikopter berserak di antara bangkai mobil, puing bangunan, dan pepohonan yang tercerabut hingga akar.
Adapun di Pelabuhan Sendai, ribuan mobil berserak. Sebagian adalah mobil-mobil baru yang siap dikirim dan masih ada di truk pengangkut. Sejumlah warga dan karyawan perusahaan juga mulai membersihkan kawasan itu.
Di pusat kota Sendai yang tidak tersentuh tsunami, antrean warga untuk mendapatkan kebutuhan pokok terlihat sejak pagi hari sebelum toko-toko buka. Hanya sedikit toko yang buka di kota terdekat dari titik pusat gempa itu sehingga warga khawatir kehabisan stok. Warga dibatasi untuk membeli enam macam bahan pokok.
Di tengah suhu dingin, antrean yang panjangnya lebih dari 1 kilometer itu tetap berjalan tertib. Sementara antrean warga untuk mendapatkan bahan bakar lebih panjang lagi, bisa mencapai 3 kilometer atau lebih. Aliran listrik di kota juga belum sepenuhnya normal. Banyak lampu lalu lintas yang mati.
Perjalanan menuju Sendai sendiri tidak gampang. Hanya mobil-mobil yang mendapat izin polisi yang boleh melewati jalan tol menuju kota berjarak 375,7 kilometer dari Tokyo itu. Kebanyakan adalah truk-truk bantuan, kendaraan Pasukan Bela Diri Jepang, dan ambulans.
Para ahli gempa di Earthquake Research Institute (ERI) The University of Tokyo menyebutkan, bangunan-bangunan di Jepang tahan gempa, termasuk mampu menahan gempa berkekuatan 9,0 skala Richter yang mengguncang Sendai, Jumat lalu. ”Bangunan yang rusak hampir semuanya akibat tsunami,” kata Teruyuki Kato, profesor di ERI.
Kato juga mengatakan, beberapa tanggul telah dibangun di kawasan pinggir pantai Sendai. Hal tersebut karena pemerintah dan para ahli sudah memperkirakan dengan persentase 99,9 persen bahwa akan terjadi gempa dan tsunami di kawasan itu dalam waktu 30 tahun. Namun, kekuatan gempa dan tsunami ternyata lebih dahsyat dari yang diperkirakan.