Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksodus Massal Berlanjut

Kompas.com - 19/03/2011, 03:10 WIB

TOKYO, JUMAT - Sejumlah negara menarik pulang warga negara mereka dari Jepang menyusul kekhawatiran atas peningkatan bahaya paparan radiasi nuklir. Ini akibat kerusakan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima Daiichi, Jepang, pada 12 Maret lalu akibat gempa.

Imbauan dan bahkan permintaan agar semua warga keluar dari Tokyo bermunculan. Perancis dan Jerman meminta warga mereka menjauhi kawasan timur laut Jepang, termasuk Tokyo dan Yokohama.

PLTN Fukushima Daiichi berada sekitar 250 kilometer di sebelah timur laut Tokyo. Salah satu kawasan yang dianggap relatif lebih aman adalah Osaka di sebelah barat Jepang dan relatif lebih jauh dari episentrum gempa.

Peringatan juga diserukan Swiss dan Amerika Serikat. Presiden Swiss Micheline Calmy-Rey mendesak semua warga segera hengkang dari kawasan timur laut Jepang.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyatakan, jarak aman dari paparan langsung radiasi adalah di luar radius 80 kilometer dari titik kebocoran reaktor. Radius ini tiga kali lebih luas jika dibandingkan dengan imbauan resmi Pemerintah Jepang soal jarak aman radiasi, sekitar 30 kilometer.

Negara-negara seperti Angola, Bahrain, Kroasia, Irak, Kosovo, Lesotho, Liberia, dan Panama menutup kedutaan besar untuk sementara waktu.

Sejumlah negara Asia, seperti China dan Filipina, juga mempersiapkan proses evakuasi warga. China mendatangkan bus-bus untuk memudahkan pengangkutan warga, yang tersebar di seluruh Jepang dan langsung menuju bandara apabila sewaktu-waktu diperlukan. Sudah 4.000 warga China yang dipulangkan.

Tinggalkan harta benda

Tanda-tanda eksodus juga tampak dari kesibukan di Bandara Narita dan Haneda, Tokyo. Banyak calon penumpang ekspatriat dan warga negara Jepang yang antre berjam-jam membeli tiket.

Tidak sedikit penumpang yang terpaksa menginap dan tidur di bandara karena kamar-kamar hotel di sekitar bandara penuh. Pengalaman menginap demi membeli selembar tiket pulang ke negaranya dialami seorang guru sekolah taman kanak-kanak asal Selandia Baru, Heather Watson. Dia menginap hanya untuk mendapat tiket di depan loket tiket sejak Kamis sebelum loket dibuka hari Jumat (18/3).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com