Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konstelasi Baru di Timur Tengah

Kompas.com - 18/03/2011, 03:05 WIB

Iran bahkan kian agresif mendorong perubahan di negara-negara Arab. Pekik gembira Iran menyertai jatuhnya rezim Mubarak dan Bin Ali. Pekik perjuangan secara berlebihan menyertai pecahnya gerakan protes di Bahrain dan Arab Saudi. Pernyataan diplomatik dan propaganda media Iran mendukung semua itu secara ekstrem. Namun, hal itu tak berlaku bagi negara-negara Arab yang selama ini jadi sekutu Iran, terutama Suriah dan Qatar.

Rakyat dan media

Dua kekuatan ”baru” di Timur Tengah sekarang adalah rakyat dan media. Keduanya kini telah menjelma menjadi kekuatan yang paling menentukan arah dan perkembangan negara-negara di kawasan. Gelombang ”revolusi” yang sedang melanda jelas merupakan dampaknya.

Namun, media dan rakyat tak sepenuhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Media seperti internet dan Twitter jelas terdifusi ke banyak orang dan kelompok. Pendukung perubahan dapat menggunakannya sebagai sarana perjuangan yang efektif, tetapi para penolak perubahan juga dapat menggunakannya untuk hal sebaliknya.

Televisi yang amat penting juga terbelah. Al-Jazeera, baik versi Arab maupun Inggris, di Doha, Qatar, merupakan salah satu pilar penting perubahan di dunia Arab sekarang meski belum jelas sikapnya ihwal kemungkinan pecahnya gerakan protes di Qatar sendiri. Meski dipandang cukup independen, kelahiran dan posisi televisi ini tak lepas dari penguasa Qatar.

Al-Alam dengan versi Inggris Press TV di Teheran, Iran, jelas sekali merepresentasikan sikap dan pandangan Pemerintah Iran. Sementara itu, Al Arabiya ”milik” Pemerintah Arab Saudi jelas menyuarakan sikap yang sering berlawanan dengan Pemerintah Iran dan merepresentasikan sikap Pemerintah Saudi.

Rakyat di negara-negara Arab juga tidak satu suara. Namun, arus terbesar sekarang amat jelas: menginginkan perubahan terhadap rezim dan sistem politik secara fundamental dan menyeluruh. Aspirasi kuat ini pula yang tampaknya tidak bisa ditolak sekalipun oleh media yang tidak pro-perubahan. Pendukung penguasa despotis di beberapa negara Arab hanya berasal dari keterikatan kabilah dan kepentingan uang jangka pendek.

Warna sejarah baru di Timur Tengah amat dipengaruhi oleh aktor-aktor di atas dan konstelasinya di kawasan ini.

Ibnu Burdah Pemerhati Persoalan Timur Tengah dan Dunia Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com