Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diguncang Krisis Kemanusiaan

Kompas.com - 15/03/2011, 03:15 WIB

Tokyo, Senin - Jepang kini memasuki babak paling dramatis, yakni krisis kemanusiaan yang hebat. Di tengah hiruk-pikuk pencarian korban hilang dan tewas, distribusi makanan bagi para korban selamat masih tersendat-sendat. Logistik dan tenaga terbatas. Cuaca dingin pun menghambat.

Hingga Senin (14/3), seperti dirilis Agence France-Presse, jeritan para korban yang kesulitan pangan, air, gas, dan bahan bakar masih terdengar di sepanjang daerah bencana. Jepang, negara terkaya di Asia dan salah satu raksasa ekonomi dunia, sedang gontai menangani berbagai masalah pascabencana.

Jepang sedang menghadapi krisis kemanusiaan paling menggetarkan. Ratusan anak menangis sedih di tenda-tenda darurat mencari orangtua mereka. Begitu juga suami dan istri yang kehilangan anak atau pasangannya. Ribuan orang berduka dan berharap bisa segera bertemu dengan orang-orang yang dikasihi.

Suasana duka menyelimuti pusat-pusat penampungan sementara. Masih ada ribuan orang bingung tidak tahu harus bernaung di mana karena daerah bencana masih dilanda cuaca dingin, yang bisa mencapai 1 derajat celsius pada tengah malam. Tenda yang dibangun masih terbatas dan evakuasi sedang berjalan.

Puluhan daerah, jaringan jalan, jembatan, dan jalur kereta api telah hancur. Sementara jalan raya utama di Jepang timur laut, seperti di Prefektur Iwate dan Miyagi, porak-poranda. Sebagian lain juga telah tertutup puing.

Rumah sakit penuh

Ishinomaki, kota berpenduduk 165.000 orang, tanpa listrik dan telepon. Logistik sulit disalurkan karena rusaknya jalan, jembatan, dan dermaga. Separuh kota ini telah bersih disapu tsunami. Ribuan warga yang selamat kesulitan pangan dan air serta tanpa tenda dan selimut.

”Pertama-tama, kami tidak memiliki air minum dan makanan. Komunikasi pun putus total,” kata Wali Kota Ishinomaki Hiroshi Kameyama kepada NHK.

Juru bicara Palang Merah Asia Pasifik, Patrick Fuller, yang sedang berada di Ishinomaki, prihatin atas kondisi itu. Petugasnya tengah berjuang keras untuk secepatnya bisa menyelamatkan para korban terluka dan butuh bantuan yang mungkin saja tertimbun puing-puing bangunan.

Di rumah sakit, kata Fuller, tidak ada celah lagi yang dapat digunakan. Petugas medis yang lelah tidur bersama pasien yang terluka. Pada saat yang sama, para korban yang terluka berdatangan. ”Ada yang jalan kaki, diangkut helikopter, atau dibawa warga lain,” kata Fuller.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com