JAKARTA, KOMPAS.com – Di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan diduga terdapat bisnis gelap narkotik yang tidak hanya meliputi jaringan lokal, tapi juga internasional.
Direktur Narkotika Alami Badan Narkotika Nasional (BNN) Benny Mamoto di Cilacap, Rabu (9/3/2011), mengakui, bisnis narkotik di Nusakambangan diduga cukup besar. Bandar narkotik di Nusakambangan bisa leluasa berkomunikasi dengan pemasok lokal dan internasional memakai telepon genggam yang mendapat penguat sinyal.
Selasa lalu BNN menangkap Kepala LP Narkotika di Nusakambangan Marwan Adli, narapidana Hartoni, serta anggota staf LP, Fob Budhiyono dan Iwan Syaefuddin. Mereka diduga terlibat jaringan perdagangan narkotik dari dalam LP (Kompas, 9/3/2011).
September 2010-Maret 2011, tercatat empat kali terjadi pengungkapan jaringan perdagangan gelap narkotik di Nusakambangan. Jaringan itu melibatkan narapidana dan petugas penjara.
Sebelum Marwan dan ketiga tersangka lain, pada 2011 BNN juga menangkap Surya Bahadur Tamang alias Kiran yang diduga mengendalikan perdagangan gelap narkotik dari LP Nusakambangan. Februari lalu, BNN juga menangkap Yoyok, narapidana dari LP Besi, Nusakambangan.
Pengungkapan jaringan bisnis narkotik yang rapi di LP Narkotika Nusakambangan diawali adanya data mengenai warga negara Indonesia (WNI) yang tertangkap di luar negeri dari Kementerian Luar Negeri.
Dari data itu ditemukan nomor telepon dari WNI asal Indonesia yang tertangkap di salah satu negara di Amerika Latin. Setelah ditelusuri, ada hubungan komunikasi antara WNI itu dan seorang narapidana di Nusakambangan.
Menurut Benny, WNI yang tertangkap itu ternyata kurir narkotik. ”Bayangkan, kurir narkotik di Amerika Latin bisa berkomunikasi dengan narapidana di Nusakambangan. Sejak itu kami fokus ke Nusakambangan,” katanya.
Di Jakarta, Rabu, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar mengakui, sulit mengendalikan 45.000 pegawai di kementeriannya. Meski pembinaan sudah maksimal, ia tak bisa menjamin setiap pegawai LP berkelakuan baik.
Berdasarkan informasi, Patrialis menuturkan, ada kemungkinan Hartoni berkomunikasi dengan narapidana berkewarganegaraan Nepal yang memiliki jaringan internasional. ”Persoalannya sekarang dari mana ia dapat alat komunikasi,” katanya. (FER/ANA/COK/ONG/GRE)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.