Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS dan Golkar Tunggu Keputusan Presiden

Kompas.com - 02/03/2011, 17:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dua partai anggota koalisi pendukung pemerintah, PKS dan Partai Golkar, menyatakan tak keberatan untuk keluar dari kebersamaan dengan Partai Demokrat. PKS dan Golkar sama-sama tak akan melangkah secara reaktif dengan menarik diri dari koalisi. Keduanya akan menunggu secara pasif keputusan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai mitra langsung ketika menandatangani kontrak koalisi.

Pada Selasa (1/3/2011) sore, Presiden menyatakan akan memberi sanksi dan bahkan mengeluarkan parpol dari keanggotaan koalisi jika parpol tersebut tidak lagi berkomitmen mematuhi kesepakatan koalisi.  

Pascapidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai koalisi kemarin sore, dua partai anggota koalisi PKS dan Golkar menyatakan tak keberatan untuk keluar dari kebersamaan dengan Demokrat. PKS dan Golkar sama-sama tak akan melangkah secara reaktif dengan menarik diri dari koalisi.

"Apapun yang terjadi, PKS siap. Kami akan pasif menunggu. Yang memulai kan beliau, yang mengakhiri ya harus beliau juga. Seperti lagu, kau yang memulai kau yang mengakhiri," kata Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta di Gedung DPR RI, Rabu (2/3/2011).

Bagi PKS, tak ada alasan untuk menarik diri. Menurut Anis, PKS tak merasa sedikit pun melanggar poin-poin yang ada dalam sebelas butir kesepakatan koalisi. Namun, Anis menegaskan, PKS tak akan berkeberatan jika dikeluarkan oleh Yudhoyono dan Demokrat dari koalisi.

Lagi pula, kata Anis, PKS mencatat komunikasi di dalam Setgab memang tidak beres. Anggota partai koalisi tak pernah diajak berkomunikasi untuk membahas keputusan-keputusan strategis. Rapat internal Setgab hanya ditujukan untuk menyosialisasikan keputusan Yudhoyono daripada membahas bersama-sama. Oleh karena itu, keluar atau tetap dalam Setgab tidak masalah bagi PKS.

"Kami otomatis (jadi oposisi). Bagi PKS, kita sudah punya pengalaman. Waktu Megawati jadi presiden, kita diajak masuk kabinet, tapi kita tak mau karena semua partai sudah di dalam kabinet. Di dalam atau di luar buat PKS sama saja, tidak masalah," tegasnya.

Menurut Anis, tak ada masalah jika Demokrat ingin mengakhiri hubungan koalisi dengan PKS. Namun, Anis mengatakan PKS butuh akhir yang baik sebagaimana dulu Demokrat dan PKS memulai hubungan, yaitu dengan kontrak politik yang tertulis sehingga ada dokumen-dokumen yang jelas.

Ketua DPP Golkar Priyo Budi Santoso juga menyatakan kesiapan Golkar untuk berkontribusi, baik di dalam pemerintahan maupun di luar. Namun, Priyo mengatakan Golkar sendiri tidak memiliki kehendak untuk menarik diri dari koalisi.

"Golkar akan siap dalam posisi apa pun. Di pemerintahan atau tidak, Golkar akan mengerjakan yang terbaik. Nothing to lose," katanya.

Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham menambahkan, tak ada alasan bagi Golkar untuk keluar dari koalisi karena Golkar merasa tak pernah melanggar sedikit pun poin kesepakatan dari kontrak koalisi. Menurutnya, koalisi bukan dibentuk sebagai upaya penyeragaman. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan wajar saja terjadi asal tidak melanggar prinsip untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, kuat, dan berwibawa dalam sistem presidensiil. "Kekritisan Golkar itu bukan untuk melemahkan pemerintah, justru untuk menguatkan jalannya pemerintahan," tegas Idrus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

    Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

    Nasional
    Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

    Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

    Nasional
    Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

    Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

    Nasional
    Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

    Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

    Nasional
    KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

    KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

    Nasional
    Pengamat Heran 'Amicus Curiae' Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

    Pengamat Heran "Amicus Curiae" Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

    Nasional
    Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

    Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

    Nasional
    Marak 'Amicus Curiae', Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

    Marak "Amicus Curiae", Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

    Nasional
    Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

    Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

    Nasional
    Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

    Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

    Nasional
    Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

    Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

    Nasional
    Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

    Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

    Nasional
    Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

    Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

    Nasional
    Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

    Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

    Nasional
    Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

    Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com