JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, ada partai politik anggota Sekretariat Gabungan Parpol Pendukung Pemerintah yang melanggar sejumlah kesepakatan koalisi yang telah disetujui para ketua umum parpol dengan dirinya sebagai Presiden terpilih periode 2009-2014. Kesepakatan tersebut terkait kerja sama di bidang eksekutif dan legislatif. Jika tak berubah, Presiden mengancam akan mengeluarkan parpol yang bandel.
"Jika ada parpol yang tak lagi bersedia menaati kesepakatan yang dibuat bersama saya, tentu parpol seperti itu tidak bisa bersama-sama lagi dalam koalisi. Ini sangat jelas, gamblang, dan menurut saya logikanya juga begitu," kata Presiden kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (1/3/2011).
Seperti diwartakan, terkait usul pembentukan panitia khusus hak angket pajak, dua anggota Setgab, Partai Golkar dan PKS, memilih berbeda dengan Partai Demokrat. Kedua partai tersebut memilih mendukung pembentukan pansus angket pajak, sementara Demokrat menentangnya.
Dikatakan Presiden, dalam waktu dekat ini Presiden akan melakukan evaluasi. Selain itu, Presiden dibantu dengan Wakil Presiden Boediono tengah melakukan komunikasi secara maraton dan intensif dengan semua parpol anggota koalisi. Komunikasi dilakukan Presiden untuk memastikan koalisi ke depan benar-benar efektif. Dikatakan, tugas pemerintahan benar-benar tak ringan. "Di samping evaluasi yang saya lakukan bersama teman-teman di pemerintahan, saya juga menerima banyak pandangan, usul, dan rekomendasi dari banyak pihak untuk meninjau kembali koalisi agar rakyat tak bingung," katanya. Ketika melakukan komunikasi, Presiden ingin memastikan bahwa semua parpol anggota koalisi benar-benar menaati, mematuhi, dan melaksanakan 11 kesepakatan yang telah ditandatanganinya pada 2009 lalu.
Pada kesempatan tersebut, Presiden meminta agar perdebatan antaranggota koalisi terkait perbedaan sikap atas usul pembentukan pansus hak angket dihentikan.
"Saya berharap, tolong dihentikan, disudahi. Tak baik bagi politik. Tidak elok di depan rakyat begini terus. Saya sedang mencari solusi yang paling tepat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.