Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Material Lahar Dingin Masih Berbahaya

Kompas.com - 24/02/2011, 20:40 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Analis pengurangan risiko bencana United Nations for Development Programme (UNDP), Banu Subagyo, mengatakan, aliran material lahar dingin Gunung Merapi pascaerupsi lalu tak akan habis sekali musim hujan.

"Berdasarkan informasi Badan Penyelidikan dan Penelitian Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Merapi saat ini masih menyimpan setidaknya 130-150 juta meter kubik material lahar dingin," katanya, Kamis (24/2/2011).

Usai diskusi Perempuan dan Anak dalam Bencana di Unika Soegijapranata Semarang itu, ia menjelaskan, material lahar dingin sebanyak itu diperkirakan habis setidaknya setelah tiga hingga lima kali musim hujan.

Artinya, ancaman banjir lahar dingin terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar Merapi akan berlangsung cukup lama sehingga perlu penanganan dan perhatian berbagai pihak.

Warga di wilayah yang terancam banjir lahar dingin perlu ditangani secara baik, baik untuk wilayah yang terparah hingga perlu direlokasi maupun wilayah yang hanya perlu direlokasi sementara.

"Bahkan ada wilayah permukiman yang sampai membentuk aliran sungai permanen akibat banjir lahar dingin itu. Penduduk di kawasan itu perlu direlokasi karena memang sudah tak memungkinkan untuk ditempati," katanya.

Ia mencontohkan tentang wilayah terparah akibat banjir lahar dingin Merapi di Desa Jumoyo dan Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

Namun, ada pula wilayah yang warganya bisa direlokasi sementara sembari menyelesaikan pembangunan tanggul guna mengantisipasi terjangan lahar dingin.

Proses relokasi sering terkendala keinginan warga yang mau direlokasi asalkan bernilai sama dengan nilai tempat tinggal yang akan ditinggalkannya.

"Misalnya, seorang penduduk memiliki lahan seluas berapa hektare, tempat barunya nanti harus bernilai sama dengan itu. Ini sering mengakibatkan tarik-menarik, namun perlu disikapi secara arif," kata Banu.

Kepala Gereja Paroki Santa Maria Lourdes, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, di lereng barat Merapi, Romo Vincentius Kirjito, yang juga salah satu pembicara diskusi itu mengatakan, bencana Merapi kali ini merupakan pembelajaran dari alam yang cukup hebat kepada manusia.

Terkait banjir lahar dingin, ia mengatakan wilayah yang aliran sungainya pernah ditambang ternyata mengalami kerusakan lebih parah dan berat, dibandingkan dengan wilayah yang belum pernah tersentuh penambangan.

"Kemungkinan penambangan pasir menyisakan batu-batu besar, itu yang kemudian terbawa oleh aliran lahar dingin dan menerjang permukiman. Ini yang perlu diteliti apakah benar seperti itu," kata Romo Kirjito.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com