Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sawah Terlalu Basah, Panen Lebih Sulit

Kompas.com - 15/02/2011, 20:56 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Kondisi sawah yang masih basah pada masa panen musim tanam pertama saat ini di sentra tanaman padi di Kabupaten Tulungagung (Jawa Timur) menjadikan petani memerlukan tenaga kerja lebih banyak untuk panen. Padahal harga jual gabah jatuh hanya mencapai Rp 2.500 per kg, jauh di bawah HPP (harga pokok pembelian) pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) sebesar Rp 3.500 per kg, meski harga beras cukup rendah Rp 6.000 per kg.

Ny Sumiatun (50), petani pemilik lahan, mengaku harus memperpanjang masa panen menjadi dua hari dari seharusnya satu hari cukup untuk padi sawahnya seluas satu ru (sekitar 125 meter persegi). Biaya buruh tani panen sebanyak dua orang, harus diperbanyak karena buruh harus berjalan perlahan-lahan agar tidak terpeleset saat berjalan dengan memikul tanaman padi dari punggungnya dalam keadaan air setinggi mata kaki dan sawah becek, berlumpur dan basah.

Pak Alim (60-an) mengaku, seharusnya untuk luasan sebesar itu, ia bisa mengerjakan panen hanya sehari, dari pagi sampai siang dengan upah Rp 20.000 sehari. Namun panen saat ini masih mendung dan hujan, sehingga jalanan pematang sawah yang becek membuat perjalanan mengambil dan mencabut tumpukan padi yang telah disabit menjadi lebih sulit.

Menurut Ny Sumiatun, harga gabah hanya mencapai Rp 2.500 per kg saat ini di desanya. "Saya tidak mengerti, mengapa setiap kali sedang panen, harga gabah anjlok. Meski memang harga beras juga turun Rp 6.000 per kg, lebih rendah dari harga Rp 7.000 per kg saat harga tinggi," katanya.

Menurutnya, ia harus memperpanjang masa panen dan menambah ongkos tenaga kerja untuk menyelesaikan panen dengan cepat, sebab panen juga terancam oleh hama tikus jika tidak segera dilakukan, katanya. Gabah tidak mungkin hanya dikonsumsi sendiri, sebab petani memerlukan ongkos tanam pada awal musim berikutnya. Jadi meski kami bisa menggunakan gabah untuk makan sendiri, namun tetap penting bagi kami untuk mengetahui harga gabah, katanya.

Petani di Kecamatan Campurdarat, Tulungagung, Mungid (60-an) menjelaskan, petani di wilayahnya tidak hanya mengandalkan satu kali masa panen, melainkan seluruh panenan setahun. Petani bersiasat biasanya panen pertama untuk cadangan makanan, sehingga hanya sebagian kecil saja yang dijual.

Pada musim tanam berikutnya dari tiga kali musim tanam setahun petani menanam tanaman komersial, seperti melon dan tembakau, atau jika simpanan gabah belum cukup menanam padi lagi, namun lebih diperuntukkan untuk dijual. Baru kemudian saat musim tanam ketiga, petani menanam tanaman komersial, karena mengandalkan gabah saja pasti akan sulit bagi ekonomi keluarga tani.

Tindakan petani itu berlangsung selama setahun itu. Keputusan hasil panen saat ini, tergantung perkiraan pada panen masa yang akan datang, apakah musik akan cukup bauik atau tidak, katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com