JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto, mengaku perlu memiliki informasi yang konkret untuk menangani kasus suap cek perjalanan pemilihan deputi senior Gubernur Bank Indonesia, terutama dalam menelusuri keberadaan Nunun Nurbaeti dan mencari bukti terkait keterlibatan Miranda Swaray Goeltom.
Informasi konkret diyakini bisa membantu melengkapi penyidikan di KPK. "Dari semua orang, dari masyarakat, kami kumpulkan informasinya yang konkret. Jadi kami tidak memilih dari mana-mana, tapi kami juga lihat apa benar informasinya ada faktanya dan macam-macam alat bukti konkretnya," kata Bibit di kantor KPK, Jumat (11/02/2011).
Menanggapi informasi bahwa Nunun yang terlihat jalan-jalan ke beberapa tempat, Bibit tidak banyak memberikan komentar. Mengenai benar tidaknya sakit yang diderita Nunun, Bibit mengaku hal itu akan ditelusuri oleh KPK. Sedangkan mengenai pemanggilan Adang Daradjatun sebagai saksi, menurut Bibit tidak bisa dipaksakan, kecuali posisinya sebagai tersangka.
"Nama Nunun, kan banyak, jadi kami tidak tahu benar itu Nunun yang jalan-jalan atau bukan. Katanya sakit yang diceritakan kemarin itu (konferensi pers Adang Daradjatun tentang sakit Nunun), benar atau enggak kami cari itu nanti," ujarnya.
Dalam hal keterkaitan Miranda dalam kasus suap tersebut, menurut Bibit, tetap dibutuhkan keterangan dan alat bukti pasti, karena tidak bisa menjadikan seseorang tersangka tanpa alat bukti. "Semua keterangan diperlukan, kami tidak bisa mempersangkakan orang tanpa alat bukti. Jadi harus dicari dulu link ke Miranda-nya itu. Semua kemungkinan bisa terjadi," lanjutnya.
Bibit berharap kasus ini segera selesai tahun 2011. Ia menegaskan bahwa KPK tidak tebang pilih dalam kasus tersebut, dan andai terjadi keterlambatan mengungkap penyuapnya, ini hanya bagian dari strategi penyidikan semata. "KPK tidak tebang pilih. Itu ada strategi teknik penyidikan yang kami tidak ceritain. Selama ini kasusnya jalan terus, orang lain mau ngomong apa silakan saja," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.