Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kedamaian di Cikeusik Terusik

Kompas.com - 09/02/2011, 02:46 WIB

Kondisi Kampung Peundeuy, Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, tak ubahnya perkampungan dan pedesaan lainnya. Rimbun pepohonan dan areal persawahan

mudah ditemui di sepanjang jalan menuju perkampungan yang berada di wilayah Banten sisi selatan ini.

Dibutuhkan waktu sekitar lima jam dari Kota Serang, ibu kota Provinsi Banten, untuk menuju ke Kampung Peundeuy di Cikeusik. Adapun untuk menuju ke ibu kota Kabupaten Pandeglang, warga Peundeuy butuh waktu empat jam dengan menggunakan kendaraan melintasi jarak puluhan kilometer, lengkap dengan lubang-lubang di sepanjang ruas jalan.

Dengan kondisinya yang relatif terpelosok seperti itu, wajar apabila suasana tenang mendominasi permukiman warga. Namun, pada Minggu (6/2) pagi, suasana Kampung Peundeuy memanas menyusul terjadinya insiden kekerasan antara ribuan warga wilayah sekitar dan jemaah Ahmadiyah yang berada di rumah milik Suparman.

Korban jiwa dan luka pun berjatuhan dalam peristiwa tersebut. Tak urung, insiden Minggu pagi berikut rentetan peristiwa yang mengikuti pun sekejap menjauhkan perkampungan itu dari suasana tenang yang sekian lama melingkupi Peundeuy.

Kesaksian Eka Hermawanto, Ketua Karang Taruna Peundeuy, masyarakat setempat sempat merasa tercekam pascainsiden itu. Beberapa di antaranya malah memilih mengungsi ke luar desa karena khawatir kemungkinan terjadi peristiwa susulan.

Beberapa warga Peundeuy yang ditemui menuturkan bahwa pada saat kejadian mereka hanya menonton. Ada pula penuturan bahwa saat terjadi pengejaran terhadap jemaah Ahmadiyah, ada warga setempat yang tengah memetik sayur, membiarkannya. Warga Peundeuy itu tahu bahwa jemaah tersebut sedang bersembunyi di balik tanaman dari kejaran orang-orang.

Informasi beberapa warga Peundeuy, ribuan orang yang Minggu pagi itu mendatangi rumah Suparman berasal dari luar kampung mereka. Keterangan kepolisian setempat mengonfirmasi, orang-orang tersebut bukan hanya dari satu kecamatan, melainkan banyak kecamatan di Pandeglang.

Trauma insiden Minggu pagi terbukti tidak hanya melanda penduduk di Peundeuy secara massal, tetapi juga ke tiap warga yang berdiam di rumah-rumah mereka. Kompas sempat mengunjungi rumah Aminah, ibu Suparman, pada Senin (7/2). Di dalam rumah yang dindingnya belum sepenuhnya dilapisi semen itu, terlihat cucu-cucu perempuan Aminah jongkok dengan punggung menempel di dinding sambil memandangi neneknya yang menangis.

Aminah meratapi ketidakpastian keberadaan kedua anaknya, Tarno dan Roni, yang Minggu pagi berada di dalam rumah yang dikepung banyak orang. Raut muka kebingungan dan ketakutan membayang di wajah bocah-bocah perempuan yang berusia 10 tahun kurang itu.

Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah pada Selasa (8/2), mengatakan, pihaknya mendukung dan meminta aparat menuntaskan secara adil, baik terhadap kelompok Ahmadiyah maupun bagi masyarakat yang menghakimi sampai terjadi korban. Jumlah penganut Ahmadiyah di Banten, kata Atut, sekitar 3.500 orang. Sebagian kecil, yakni 25 orang, berada di Cikeusik, Pandeglang.

Penuturan Atut, pihak berwajib masih menelusuri pihak yang menggerakkan 1.500-an orang sehingga pada saat hampir bersamaan Minggu pagi lalu datang ke Peundeuy.

Atut berharap masyarakat tidak lagi bertindak anarkis hanya karena perbedaan keyakinan. ”Saya berharap (insiden) ini tidak lagi terjadi di Banten,” kata Atut seusai pertemuan dengan Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, jajaran unsur muspida, dan tokoh agama di pendapa Gubernuran, Selasa. (Cyprianus Anto S)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com