JAKARTA, KOMPAS.com — Tiga korban jiwa jatuh dalam aksi penyerangan terhadap kelompok jemaah Ahmadiyah pada Senin (7/2/2011) di Cikeusik, Kecamatan Pandeglang, Banten, sementara puluhan lainnya terluka. Tragedi ini diyakini sebagai tragedi terparah dalam kehidupan beragama di Tanah Air karena sampai menimbulkan korban jiwa.
Menanggapi kejadian tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku prihatin dan meminta apara penegak hukum untuk menindak pelaku. Namun, sayangnya, pernyataan Presiden rupanya tidak cukup. Sekitar 50 orang yang terdiri dari 20 lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan tergabung dalam Jaringan Aktivis Perempuan dan Aktivis HAM untuk Demokrasi mempertanyakan sikap presiden yang dinilai tak tegas tersebut. "Mana Polisi? Mana SBY? Ke mana pemerintah bagi perlindungan warganya? Tidak Ada Gigi!" ungkap salah seorang orator mempertanyakan kinerja aparat kepolisian.
Massa pun meneriakkan tuntutan agar apara penegak hukum segera mengusut dan mengadili pelakunya karena tidak sesuai dengan demokrasi dan penegakan HAM. Selain itu, massa juga membentangkan spanduk-spanduk bertuliskan "SBY kami butuh tindakan, bukan pidato, citra dan album" dan "Tragedi Ahmadiyah rakyat dibantai SBY kamu di mana?"
Menurut koordinator aksi, Tunggal Pawestri, sikap pemerintah di saat rakyatnya terancam hanya bisa membuat pernyataan yang normatif. "Tapi, tidak ada statement serius soal ini," ungkap Tunggal Pawestri di Jakarta. Ia melihat kejadian penyerangan Ahmadiyah merupakan suatu persoalan besar dalam perlindungan demokratisasi dan penegakam HAM.
"Apakah ini semua omong kosong? Kami menagih janji pemilu Presiden. Kami meminta Presiden berbuang konkret, turun langsung dan meminta maaf kepada jemaah Ahmadiyah karena tidak bisa melindungi mereka," tandas Tunggal. Sebanyak 20 LSM tergabung dalam aksi ini seperti Perempuan Mahardhika, Yayasan Jurnal Perempuan, Keluarga Besar Rakyat Demokratik, Imparsial, dan Migrant Care. Sepanjang aksi, arus lalu lintas Jalan Medan Merdeka Utara terpantau lancar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.