Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup di Bawah Ancaman Kejahatan

Kompas.com - 17/01/2011, 04:13 WIB

Jakarta, Kompas - Warga Jakarta dan sekitarnya hidup di bawah ancaman kejahatan. Di wilayah ini, setiap 9 menit 56 detik, seorang warga menjadi korban kejahatan. Kalau sebelumnya penumpang kendaraan umum hanya menjumpai pencopet, kini mereka menghadapi aksi kejahatan yang lebih keras, berupa pembekapan, penculikan, dan pembacokan.

Penjahat sudah tidak lagi pilih korban, dan mereka tidak ragu menggunakan kekerasan bahkan senjata api. Dari 10 sampai 14 Januari saja, di Pamulang (Tangerang Selatan), Cikarang dan Cibitung (Bekasi), Duren Sawit (Jakarta Timur), dan Cibodas (Kota Tangerang) terjadi lima perampasan sepeda motor oleh penjahat bersenjata api. Salah seorang korban, Ferry (16), warga Cibitung, tewas ditembak penjahat yang mengambil sepeda motor Mio miliknya.

Sementara itu, korban perampokan di dalam angkutan kota di Depok sejak Agustus 2010-Januari 2011 ada lima orang. Mereka adalah Sri Sunarti (50), Maria (50), Elvira Taufani (40), Toyo (27), dan Sukiman (22). Tiga korban pertama dibekap di dalam angkutan kota, kemudian dibuang di tempat sepi di wilayah Cianjur, Depok, dan Bekasi.

Lebih naas lagi, dua korban terakhir dibacok pelaku di dalam angkutan kota dalam perjalanan dari Cililitan, Jakarta Timur, menuju Cimanggis, Depok.

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sutarman dalam jumpa pers pada akhir Desember 2010 mengatakan, di wilayahnya setiap 9 menit 56 detik ada seorang warga menjadi korban kejahatan. Angka ini lebih lambat 35 detik dibandingkan tahun 2009. Namun, kualitas kejahatan meningkat.

Menanggapi perkembangan kriminalitas belakangan ini dan trennya, menurut Sutarman, polisi akan memprioritaskan operasi penanggulangan kejahatan, terutama yang disertai kekerasan dan penggunaan senjata api. Langkah ini untuk mewujudkan rasa aman bagi warga. Polisi, di antaranya, sudah menyiapkan Operasi Sikat Jaya yang dilakukan awal Februari 2011. Sasaran utama operasi adalah kejahatan dengan senjata tajam, senjata api, dan bahan peledak.

Tekanan

Di luar ancaman kejahatan itu, setiap harinya warga Jakarta dan sekitarnya juga hidup dalam ancaman dan tekanan hidup yang berat. Mereka diteror kemacetan lalu lintas, harga kebutuhan hidup, serta kondisi tempat tinggal yang tak memenuhi syarat sehat, kenyamanan, dan keamanan.

Tekanan hidup yang amat berat ini membuat sebagian warga frustrasi, mudah marah, dan mendorong konflik komunal, bahkan ada yang mengakhiri hidup. Ini dilakukan Mursinah (41) yang tewas tergantung di rumah tetangganya di Jalan Kemuning III RT 8 RW 4, Utan Kayu, Jakarta Timur, Jumat (14/1), dan Arip bin Maman (43) yang ditemukan tewas tergantung di rumah kontrakan, di Gang Manggis, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur, Bekasi, Sabtu (15/1).

Warga kota juga mengalami tindak kekerasan. Pengeroyokan di wilayah hukum Polda Metro Jakarta, misalnya, kembali memakan dua korban pada akhir minggu kemarin. Mereka adalah Kopral Dua TNI Amirudin (34), yang tewas dibacok saat masuk ke Kafe Bagabe di Depok, dan Deni Supriyatna (21), warga Kecamatan Pulogadung, yang tewas dengan luka bacok di sekujur tubuh setelah dikeroyok di bawah jembatan layang Klender, Jakarta Timur.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com