JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Migrant Care Anis Hidayah menilai, Pemerintah Indonesia belum melakukan upaya berarti dalam memulangkan sekitar 200 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang telantar di kolong jembatan Kendarah, Jeddah, Arab Saudi.
Sejak tiga bulan yang lalu, ratusan TKI itu tidur beralaskan koran di kolong jembatan. Pemulangan TKI yang telantar tersebut, kata Anis, merupakan tanggung jawab Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi.
Menurut dia, Pemerintah Indonesia seharusnya dapat mendorong Pemerintah Arab Saudi agar membuatkan tempat penampungan sementara bagi TKI tersebut agar mereka tidak telantar. "Secara diplomatis, kerja sama ya, kan Pemerintah Indonesia sudah kerja sama dengan Arab Saudi sejak dulu, seharusnya bisa," katanya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (12/1/2011).
Anis mengatakan ini terkait dengan aksi penggalangan dana Rp 1.000 yang digelar Migrant Care bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat. Aksi solidaritas dilakukan untuk mengumpulkan dana pemulangan TKI yang telantar di Arab Saudi. Setidaknya, menurut penghitungan Migrant Care, dibutuhkan Rp 1,7 miliar untuk memulangkan sekitar 200 TKI yang telantar.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, Pemerintah Indonesia seharusnya segera mengurus kepulangan TKI yang telantar tersebut meskipun sebagian besar TKI yang telantar itu bermasalah dalam kelengkapan dokumen menyangkut keimigrasian.
"Yang penting mengurus, membuatkan surat perjalanan laksana paspor, mengurus pelanggaran keimigrasian," kata Anis.
Anis mengakui, sebagian besar TKI yang telantar tersebut tidak lagi memiliki dokumen keimigrasian lengkap. Ini karena, ujar dia, mereka yang telantar umumnya melarikan diri dari rumah majikan. Dokumen-dokumen mereka ditahan majikan.
"KBRI justru mengeluarkan pernyataan kontraproduktif, menuduh mereka sengaja tidur di kolong jembatan agar dipulangkan gratis," papar Anis.
Kondisi ratusan TKI yang telantar sejak tiga bulan lalu itu, kata Anis, sangat memprihatinkan. Banyak anak dan perempuan korban perdagangan manusia di antara mereka. "Untuk makan saja mereka menunggu uluran tangan orang yang lewat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.