Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TVRI Sediakan Empat Kanal Program

Kompas.com - 22/12/2010, 04:34 WIB

Jakarta, Kompas - Stasiun Televisi Republik Indonesia kini menyediakan aneka ragam tayangan yang tersedia di empat kanal atau saluran. Kanal pertama akan diisi program nasional, kanal kedua program Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan muatan lokal, kanal ketiga tayangan program dokumenter dan budaya, serta kanal keempat berisi program olahraga dan pendidikan. Keempat kanal ini akan disiarkan melalui pemancar digital yang menggantikan teknologi analog.

Peresmian pemancar televisi digital itu dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Stasiun TVRI, Senayan, Jakarta, Selasa (21/12). Hadir dalam acara itu Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Mendiknas Mohammad Nuh, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik serta Direktur TVRI Imas Sunarya dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Dalam sambutannya, Presiden berharap TVRI dapat kembali menjadi rujukan dan kebanggaan rakyat di Tanah Air. Dengan lompatan teknologi, diharapkan meningkatkan pula semangat dan kinerja jajaran TVRI di seluruh Indonesia.

”TVRI adalah anak kandung revolusi. Sebab, TVRI diresmikan presiden pertama kita Bung Karno tahun 60-an. TVRI juga agen pembangunan dan pembaruan, sampai pada tingkatan sekarang pun ikut melakukan transformasi, migrasi atau hijrah menuju tingkatannya yang lebih tinggi lagi,” tutur Presiden.

Menurut Presiden, peresmian pemancar televisi digital TVRI merupakan babak baru dan langkah maju bagi TVRI untuk meningkatkan kualitas siarannya agar terus tumbuh menjadi lembaga penyiaran publik yang makin kredibel, andal, dan dicintai pemirsanya.

Tak mudah

Presiden mengakui tidak mudah bagi TVRI sekarang ini untuk menjaga netralitas, independensi, dan tidak komersial. Namun, hal itu komitmen yang harus diwujudkan dan dicapai.

”Akan tetapi, yang jelas, untuk kita, untuk TVRI, pemberitaan itu harus yang seimbang dan fairness. Media massa selalu ada posisi. Mungkin itu politik dari kepentingan pemiliknya. Mungkin juga manajemennya yang memiliki visi tertentu. Tidak apa-apa. Politik memang begitu, demokrasi pun begitu. Yang penting, jangan sangat berlebihan. Kalau terlalu berlebihan, apalagi jika vulgar, dan vokal, rakyat tidak akan suka,” papar Presiden.

Presiden Yudhoyono juga mengingatkan agar TVRI tidak boleh memanipulasi hal yang belum baik dikatakan baik. Demikian pula sebaliknya.

Lebih jauh, Presiden Yudhoyono mengaku sering geregetan jika menyaksikan tayangan televisi negeri tetangga, seperti News Asia (Singapura), Arirang (Korea Selatan), dan CCTV (China).

”Rasanya tidak terlalu suka mereka menjelek-jelekkan bangsanya sendiri.

Saya lihat mereka menayangkan negaranya dengan baik-baik. Akan tetapi, begitu menayangkan Indonesia, selalu yang ditampilkan yang jelek-jelek. Jangan begitu sebagai negara sahabat. Geregetan itu saya sampaikan kepada Menlu untuk diingatkan kepada negara lain,” tutur Presiden seraya mengingatkan TVRI untuk tetap seimbang dan adil.

Kualitas gambar

Direktur TVRI Imas Sunarya mengatakan, keunggulan pemancar digital tidak hanya terletak pada kualitas gambar, tetapi juga kemampuan yang mobile. Artinya, televisi tidak hanya bisa diakses di rumah, perkantoran, atau tempat umum yang dipasang secara permanen, tetapi juga bisa diakses melalui perangkat seluler atau televisi yang dipasang di kendaraan.

”Televisi digital ini juga lebih interaktif dengan penonton. Masyarakat juga akan mendapat pilihan program siaran yang lebih banyak dan bervariasi,” ujarnya.

Sebagai lembaga penyiaran publik, TVRI memiliki 376 stasiun pemancar. Sejak tahun 2008, TVRI telah memperbaiki kualitas penerimaan siaran setelah memperbaiki pemancar dan memasang pemancar baru. Hingga tahun 2008 terdapat 70 stasiun transmisi yang telah ditingkatkan kapasitasnya di 30 lokasi di 18 provinsi.

Menkominfo Tifatul Sembiring berharap TVRI bisa membangun karakter bangsa yang kerap dilupakan karena stasiun televisi lebih sering hanya mengejar rating. Akibatnya, program tayangannya lebih banyak yang sensasional, provokatif, berbau mistis, pornografi, dan penuh tayangan kekerasan.

(LUK/HAR)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com