Seperti Bendungan Jatiluhur dengan ketinggian air 16 meter. Malapetaka berpotensi berlipat-lipat dibandingkan peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung.
"Malapetaka lain yang harus diperhitungkan adalah dampak bendungan itu sebagai sumber air baku terbesar untuk air minum di Jakarta. Kehidupan di Jakarta pasti lumpuh," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, ancaman bencana alam akibat teknologi manusia seperti itu belum mendapat perhatian cukup kuat. Bendungan-bendungan besar yang ada di Jawa sekarang mengalami sedimentasi sedang sampai tinggi.
"Kerusakan hutan menjadi penyebab ancaman-ancaman bencana seperti itu," kata Sutopo.
Degradasi hutan di Jawa akibat populasi penduduk terus berkembang pesat. Sebanyak 129 juta penduduk (59 persen) sekarang tinggal di Jawa dengan kepadatan 996 orang per kilometer persegi.
Tutupan hutan hanya sebanyak 7 persen berupa hutan lindung, dan 16 persen hutan produksi. Lahan kritis di Jawa meningkat pesat. Pada 1988 mencapai 1,36 juta hektar, meningkat pada 2002 menjadi 4,17 juta hektar.
Konversi lahan pertanian untuk pemukiman juga masif. Pada tahun 2001 sudah tercatat konversi mencapai 22.200 hektar per tahun.
Mengenai neraca air, berdasarkan data Badan Perencanaan dan pembangunan Nasional (Bappenas), sebanyak 77 persen wilayah kabupaten dan kota memiliki defisit 1-8 bulan dengan 36 kabupaten/kota mengalami defisit tinggi di atas 6 bulan.
"Selain menjadi laboratorium bencana alam yang sesungguhnya, Jawa maupun wilayah pulau lainnya mengalami hal serupa yaitu rentan terhadap ancaman bencana akibat ulah manusia," kata Sutopo.
Jadi, tahun 2011 harus lebih siap dengan banyaknya ancaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.