YOGYAKARTA, KOMPAS -
Humas Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2010 Gundhi Anditya menuturkan, lewat tema yang diangkat tersebut, JAFF ingin mengajak masyarakat memaknai proses pemulihan dari bencana. Bencana tersebut bisa dipicu oleh alam maupun berbagai persoalan sosial, politik, budaya sampai terorisme.
”JAFF ingin menyediakan ruang bagi khalayak untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah proses pemulihan,” katanya, Senin (13/12).
JAFF 2010 mengajak masyarakat memaknai dan mengapresiasi tema ”Recovery” dengan menyaksikan film yang diputar. Film berasal dari Indonesia, Bangladesh, Filipina, India,
Gundhi mengatakan, berbagai film yang diputar JAFF 2010 mengajak penonton menjelajah dunia visual yang mengungkap upaya manusia untuk melanjutkan hidup di tengah bencana, mulai dari bencana tsunami di Aceh, erupsi Merapi, bencana lumpur di Sidoarjo, hingga persoalan terorisme dan realitas sosial lain yang terjadi di Asia.
Pemutaran film diselenggarakan bersama enam kelompok kine dari Universitas Islam Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Amikom, MMTC, dan Institut Seni Indonesia. Selain menonton film, JAFF juga mengajak pegiat film mengikuti kuliah umum bersama para pengamat, praktisi, serta akademisi yang berasal dari berbagai latar belakang.
JAFF 2010 dibuka 26 Desember di Taman Budaya Yogyakarta. Dalam pembukaan akan dihadirkan pentas seni rakyat Gugur Gunung. Seni rakyat Gugur Gunung adalah acara pertunjukan seni tradisi yang digagas Taman Budaya Yogyakarta sebagai tetenger atau penanda atas bencana erupsi Merapi yang baru saja terjadi.
Gugur Gunung dapat diterjemahkan sebagai lelaku, yakni semangat gotong royong untuk mengatur kembali dan bersyukur pada sang pencipta.