Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memiskinkan Gayus, Bisakah?

Kompas.com - 26/11/2010, 09:22 WIB

Doktrin mafioso, lebih baik dipenjara daripada aset (baca: uang) disita. Itu artinya uang memiliki arti penting bagi gerakan mafioso di belahan dunia. Di Indonesia, mafia itu bernama Gayus HP Tambunan. Dengan uang, ia dapat keluar masuk Rutan Brimob, Kelapa Dua, yang terkenal angker. Tercatat, selama dipenjara, mantan pegawai pajak golongan IIIA itu berhasil keluar-masuk penjara lebih dari 50 kali dengan menyuap penegak hukum di negeri ini.

Pun wacana untuk memiskinkan Gayus berembus di seantero negeri. Pertanyaannya bisakah Gayus dimiskinkan? Mari kita telisik pertanyaan tersebut dari kacamata obyektif. Sebetulnya upaya untuk memiskinkan Gayus telah dilakukan aparat penegak hukum—sebut saja kepolisian—yang dengan sigap memblokir semua rekening yang dimiliki Gayus.

Namun, langkah itu tidak lantas mematikan pemikiran licik dan gerakan mafioso Gayus selama di dalam penjara Markas Brimob Jakarta Timur. Meskipun secara eksplisit publik telah mengetahui Gayus sudah tak punya uang, raganya dipenjara tetapi nyatanya Gayus dapat menonton tenis di Bali dengan sebelumnya melakukan penyuapan terhadap Kepala Rutan Cipinang serta jajarannya hingga mencapai angka yang terbilang fantastis, di atas Rp 300 juta.

Dari sini, kita tahu, persoalan Gayus tidaklah berdiri sendiri atau tunggal. Kasus Gayus berkaitan dengan faktor lain, elemen penting negara. Artinya, boleh jadi ada aktor di belakang layar yang menyuplai dana kepada Gayus. Siapakah siluman itu? Bisa pengusaha, politisi, aparat penegak hukum, militer, kelompok preman—atau mungkin yang lain dan bisa jadi pula melibatkan semua komponen itu.

Lagi pula tidak mudah membongkar skandal Gayus ini. Akan tetapi, yang jelas, kasus Gayus telah membuktikan pada masyarakat Indonesia bahwa perangkat negara dapat dibeli dengan uang. Dengan bahasa lain, kerajaan mafioso menjadi pemerintahan bayangan di negeri ini. Pada titik itu, penulis teringat novel Robert Whiting berjudul ”Tokyo Underworld”.

Meskipun konteksnya berbeda, tetapi apa yang dikisahkan dalam novel tersebut hampir mirip dengan yang terjadi di Indonesia melalui kasus Gayus. Dikisahkan, di Jepang terdapat pemerintahan bawah tanah yang dipimpin oleh kelompok mafioso. Mereka dapat mendikte negara dengan kekuatan uang yang mereka miliki.

Kisah ini sebetulnya hampir sama dengan kejadian yang terjadi di Indonesia melalui kasus Gayus. Dengan kekuatan jaringan mafioso yang dimiliki Gayus, ia dapat membeli aparat penegak hukum negara sehingga ia bebas ke sana kemari padahal ia dipenjara. Dengan uang pula, Gayus telah membuka tabir kelam bahwa keadilan hanya berpihak siapa yang memiliki banyak uang.

Atas fakta ini, rasa-rasanya kita pesimistis Gayus dapat dimiskinkan sehingga ia tak lagi punya kuasa menghindar dari jerat hukum. Hal itu karena Gayus memiliki kekuatan bandit yang begitu kuat dari luar hotel prodeo. Lantas, siapa yang dapat mengakhiri gerakan mafia yang dijalankan Gayus? Penulis pikir orang nomor wahid di negeri ini harus menggunakan tangan besi untuk membongkar kasus Gayus. Akankah itu dilakukan Presiden SBY. Kita tunggu saja.

ANDI ANDRIANTO Mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com