Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nancy dan Bagteria yang Mewabah ke Dunia

Kompas.com - 11/11/2010, 18:11 WIB

KOMPAS.com - Nancy Go tidak pernah membayangkan tas Bagteria rancangannya ditenteng para selebriti dunia, seperti Emma Thompson, Anggun, dan Putri Zara Phillips. Saking naksir berat, Paris Hilton rela membeli tas displai di New York Fashion Week.

Hanya sedikit produk hasil kreasi anak bangsa yang berhasil menembus pasar dunia. Salah satunya adalah tas berlabel Bagteria buatan Nancy Go. Di bawah bendera PT Metamorfosa Abadi, produk itu menembus pasar kelas atas di tingkat dunia.

Tas Bagteria hasil desain Nancy memang berbeda dan berkelas. Harga tas eksklusif dari bahan-bahan terpilih ini antara Rp 1 juta sampai puluhan juta rupiah. Kualitas produk tas tersebut lebih dikenal para selebriti dan sosialita dunia ketimbang di dalam negeri.

Kisah hidup Nancy tak ada yang istimewa. Wanita kelahiran 6 Januari 1963 ini lahir dan tinggal di Brasil sampai umur enam tahun, sebelum pindah ke Jakarta. Sejak SMP, ia hobi merajut, menyulam, dan menjahit. “Teman-teman mengatai saya seperti nenek-nenek,” ujarnya.

Selepas SMA, Nancy tidak langsung melanjutkan kuliah. Ia menghabiskan delapan tahun merawat sang ayah yang sakit stroke. Baru pada 1985, kecintaannya pada dunia desain, sulam, dan jahit tersalurkan setelah masuk Susan Budiardjo Fashion College jurusan desain fashion.

Naluri bisnisnya tumbuh ketika duduk di bangku kuliah. Saat pergi ke luar negeri, ia memborong jins, lantas dijual di berbagai bazaar dengan keuntungan berlipat. Tahun 1992, ia bekerja di perusahaan Inggris, Dotwell, sebagai merchandiser. Tahun 1998, ia menikah dan berhenti bekerja agar lebih punya banyak waktu buat keluarga.

Pada tahun 2000, berawal dari hobi merajut dan menyulam, Nancy iseng membuat tas yang dia labeli merek Bagteria. “Saya pilih nama itu karena lucu. Harapannya agar mewabah seperti bakteri,” kenangnya. Bermodalkan Rp 100 juta, bersama suaminya, Bert Ng, ia mendirikan PT Metamofosa Abadi, dan mempekerjakan lima karyawan.

Uniknya, tas itu tidak dipasarkan di dalam negeri. Nancy sadar, orang Indonesia masih memandang sebelah mata produk sendiri, apalagi yang berharga mahal. “Orang Indonesia memilih tas impor,” ujarnya.

Harga tas Bagteria mahal lantaran bahan dasarnya bukan sembarangan. Selain teknik sulam, renda, dan payet yang dijahit tangan, pernak-perniknya unik dan eksklusif. Sebut saja, kristal swarovski, sterling silver, gold platted, kulit ikan dari Islandia, kulit burung unta (ostrich), bahkan gading gajah purba (mammoth) yang sudah punah. “Saya dapat gading mammoth langsung dari Siberia, sebagai pengganti gading gajah,” ujar dia.

Awalnya, Nancy membidik Hongkong sebagai kiblat mode Asia. Ia keluar masuk toko menawarkan tas kreasinya. Suatu saat, Outpader Landtrover, pemilik salah satu toko, suka pada desain tasnya. Dia memborong 50 unit tas Bagteria. Tas itu ternyata laku keras dan jadi buah bibir kalangan atas Hongkong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com