Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredo Mbah Maridjan

Kompas.com - 30/10/2010, 03:10 WIB

Oleh A.A. Ariwibowo

Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan bersujud kepada Yang Maha Pencipta ketika menemui ajal pada Rabu (27/10) seraya berserah diri dan berbekal penuh satu energi dari tirakatan Jawa.

Dia membungkuk dengan tangan, lutut, dan kepala menyentuh tanah sebagai simbol bahwa raga hendak kembali kepada bumi.

Tersapu oleh suhu panas membara dari energi ajaran Jawa, "Aja sira lunga, yen tan weruh ingkang pinaran. Aja sira nganggo, yen tan weruh ingkang dienggo!" (Jangan kamu pergi, jika kamu tak tahu mana tujuanmu. Jangan kamu menyandang, jika kamu tak tahu apa yang kamu sandang!), Mas Penewu Suraksohargo ingin "kembali".

Lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, pada tahun 1927, Mbah Maridjan bersujud dengan raga dan pikirn takzim di hadapan misteri tak berhingga. Ia merebahkan diri sampai seluruh tubuh dan hati menyentuh tanah. "Aku ini abu dan akan kembali menjadi abu".

Abu melambangkan awal dan akhir kehidupan. Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, sarat abu memutih dengan pemandangan daratan luluh lantak diterjang awan panas dari erupsi Gunung Merapi.

Surat-surat kabar pun menulis dengan menggunakan tinta hitam "Indonesia Bersedih" (Harian Kompas), dan "Memilukan...(Media Indonesia). Dan, sebuah stasiun televisi nasional mengajak berdoa kepada seluruh warga Indonesia (Pray for Indonesia).

Puing rumah terhampar dan bangkai hewan terdampar di Dusun Kinahrejo. Suhu awan panas terpapar mencapai 600-1.000 derajat celsius  meluncur dari kawah Merapi dengan kecepatan 60 kilometer per jam menyapu dusun dan menewaskan sejumlah orang, termasuk Mbah Maridjan.

Insan bersama flora dan fauna dalam vitalitas Merapi seakan mewartakan bahwa Bumi ini sungguh misteri yang menggetarkan dan menggelorakan. Terjadi semburan abu vulkanik dan kerikil saling menyusul dalam erupsi eksplosif Gunung Merapi, Selasa (26/10) pukul 18.10.

"Erupsi kali ini lebih besar dari tiga erupsi sebelumnya," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono. Semburan abu vulkanik dan kerikil merupakan ciri erupsi eksplosif gunung berapi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com