Sambas, Kompas -
Moeldoko menekankan hal tersebut saat berdialog dengan masyarakat Temajuk, Senin (25/10). Temajuk berbatasan dengan Teluk Melano, Negara Bagian Serawak, Malaysia.
Untuk mencapai Temajuk, jika menggunakan jalan darat dan cuaca cukup baik, diperlukan waktu sekitar enam jam dari ibu kota Kabupaten Sambas. Waktu tempuhnya bisa jauh lebih lama ketika hujan turun karena jalan sulit dilalui.
Camar Bulan termasuk masalah prioritas yang akan dibahas Indonesia-Malaysia. Walaupun sudah ada kesepakatan pengukuran topografi pada tahun 1970 dan 1975, wilayah Camar Bulan belum disepakati secara diplomatik oleh kedua negara. ”Masyarakat diharapkan meningkatkan intensitas kegiatan ekonominya di sana. TNI akan terlibat dalam penguatan pertahanan keamanannya,” ujar Moeldoko.
Kepala Desa Temajuk Mulyadi mengatakan, masyarakat pada dasarnya antusias menggarap lahan. Namun, mereka belum berani terlalu jauh masuk ke dalam karena takut berurusan dengan Polisi Diraja Malaysia.
Wahidin (48), warga Temajuk, menambahkan, kawasan Camar Bulan bisa dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan rakyat. ”Kami setuju kalau Camar Bulan dikelola bersama supaya tetap aman dan tidak diklaim Malaysia,” ujarnya.
Menurut Bupati Sambas Burhanuddin A Rasyid, sebelumnya ada juga masalah perbatasan di Temajuk lainnya, yakni soal Gosong-Niger. Namun, masalah itu berhasil diselesaikan Pemerintah Indonesia.
”Setelah dipasang tiga suar di perairan Gosong-Niger, tidak ada lagi nelayan Malaysia yang berani masuk. Kini, kami fokus pada Camar Bulan dengan mendorong masyarakat memperbanyak kegiatan di sana agar wilayah itu tetap dalam penguasaan kita secara intensif seandainya sewaktu-waktu Malaysia mempersoalkannya,” katanya.
Kendati terus didorong untuk meningkatkan kesadaran bela negara, masyarakat Temajuk saat ini masih sangat bergantung pada Malaysia, baik dalam menjual hasil bumi maupun untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Hasil bumi berupa lada putih, misalnya, mau tidak mau terpaksa dijual di Teluk Melano terkait harga dan waktu tempuh.