makinlah rinduku pada laut manakala kauceritakan gesekan lempeng bumi dan ombak kasihmu saat itu aku terbiasa bermain buih di pantai yang asin
“aku menelan ikan kubuat tersesat di lubuk gelap” senyummu menyelesaikan cerita antara terpejam mata
lalu kurasa keringat tetes, meresap ke tanah yang bergetar ke episentrum
“besok lagi jangan lupa menjenguk laut”
Rumah
kurasakan hangat dadamu hangat dada fatimah karena kisahku menyerupai bocah yang berlumuran darah melintasi gurun menyeberangi fitnah
o, sapukan nafasmu segairah nafas ummil bathul karena aku tak ingin tersungkur seperti ‘ali, sehabis sahur
mari bersaksi akulah syahid engkau syahidah tanpa ditikam belati tanpa luka hati
dan kita menjadi tuan dan puan bagi sejarah melahirkan bocah-bocah tanpa racun tanpa tombak tanpa pedang tanpa segurat lelah
Di Lantai Ulin
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.