Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disinyalir Ada Pihak yang Bermain

Kompas.com - 21/09/2010, 18:16 WIB

BEKASI, KOMPAS.com — Ada sekelompok orang yang menginginkan insiden Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pondok Timur Indah (PTI) di Ciketing Asem, Mustika Jaya, Bekasi, tidak selesai. Mereka memanfaatkan insiden pada 12 September lalu itu sebagai komoditas politik.

"Dulu masih menduga-duga, sekarang kita sudah bisa mengonfirmasi. Kami bisa identifikasi pihak tersebut, tapi maaf tidak bisa diungkapkan. Ini rahasia," ujar Koordinator Nasional Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) Damien Dematra dalam pertemuan dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi, Selasa (21/9/2010).

Pertemuan yang berlangsung di Kantor FKUB, Jalan Veteran, itu merupakan silaturahim GPP ke FKUB sekaligus GPP ingin meminta klarifikasi masalah HKBP PTI. "Kami minta kejelasan dari FKUB karena selama ini FKUB berperan besar mengayomi kerukunan umat beragama di Kota Bekasi," kata pria yang akrab dengan pakaian serba hitam itu.

Secara institusional, lanjut Damien, FKUB paling berkompeten. "Laporan investigasi GPP tak akan valid tanpa data resmi dari FKUB. GPP ingin minta data untuk memperkuat laporan tersebut untuk dilaporkan kepada pemerintah, sejumlah ormas, dan media massa," ungkap dia.

Damien menyayangkan bila ada yang terpancing untuk melakukan hal-hal yang tak diinginkan. "Saya sudah tahu pihak tersebut. Jadi, sayang sekali kalau kita terpancing," tuturnya.

Menurut lelaki rambut berkuncir itu, "pemain nasional" tersebut tak mau masalah ini selesai meski GPP sudah melakukan mediasi di antara kedua belah pihak. Damien menilai insiden HKBP PTI sama sekali bukan masalah. "Ini hanyalah barang murah," katanya.

"Mengutip pernyataan mantan Ketua PBNU Hasyim Muzadi, komoditas agama itu paling murah untuk dimainkan. Untuk itu, perlu solusi cepat agar para pihak yang mempermainkan itu tidak dapat meraih keuntungan," ucap Damien.

Damien memaparkan, GPP sudah mempunyai cara untuk memecahkan masalah HKBP PTI. "Solusi sudah ada dari GPP, tapi bertentangan dengan agenda sekelompok orang yang bermain dari Jakarta," terang dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com