JAKARTA, KOMPAS.com — Nada pesimistis atas hasil perundingan Kinabalu antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia juga dilontarkan oleh pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana.
Hikmahanto mengungkapkan, pertemuan tersebut sangat sulit diharapkan menghasilkan kesepakatan. "Paling dalam pertemuan itu kita mengatakan, kemarin ada insiden, dan perlu diselesaikan," ujar Hikmahanto, Senin (6/9/2010), saat dihubungi Kompas.com.
Pertemuan Kinabalu bukan pertemuan khusus yang diadakan untuk merespons konflik perbatasan kedua negara, pascaditangkapnya tujuh nelayan Malaysia oleh polisi Indonesia dan ditangkapnya tiga pegawai KKP oleh polisi Malaysia.
"Pertemuan Kinabalu ini pertemuan tahunan Indonesia-Malaysia. Hanya saja, dipercepat ketika ada konflik ini," ujarnya.
Dikatakan Hikmahanto, perundingan perbatasan akan memakan waktu lama. Sinyalemen pertemuan Kinabalu tak bisa terlalu diharapkan, menurutnya, sudah disampaikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
"Meskipun Presiden sudah menyatakan bahwa perundingan dan penyelesaian harus dipercepat, tetapi dalam beberapa kesempatan, Menlu sudah menyatakan jangan terlalu banyak berharap. Ya, karena memang tak ada yang bisa diharapkan. Perundingan itu butuh waktu lama," kata Hikmahanto.
Oleh karena itu, Indonesia diharapkan bersabar mengikuti proses perundingan perbatasan di kawasan Tanjung Berakit itu. Dalam perundingan perbatasan, biasanya kedua negara akan mengompromikan batas-batas yang dianggap tak merugikan kedua negara. "Tidak ada yang menang atau kalah," ujar Hikmahanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.