JAKARTA, KOMPAS.com - Sjamsoe'oed Sadjad, penerima Achmad Bakrie Award 2010 bidang teknologi, merespons aksi penolakan rekannya, mantan Menteri Pendidikan Prof Daoed Joesoef.
Sjamsoe'oed Sadjad membela diri dengan berusaha menangkal anggapan bahwa penerima selalu berada di bawah pemberi.
"Jangan sampai ada pemahaman sepertinya yang menerima selalu berada di bawahnya yang memberi, apalagi ditambahkan kata-kata 'yang memberi berlumpur'," tulis Sjamsoe'oed Sadjad dalam pernyataan tertulisnya yang dibacakan perwakilan Freedom Institute dalam acara ramah tamah Achmad Bakrie Award 2010 di Jakarta, Rabu (4/8/2010).
Ia menerima penghargaan itu karena menganggapnya terpisah dari ranah bisnis ataupun kasus penerimaan sedekah. "Bagi saya, pemberian penghargaan Achmad Bakrie ini saya terima," tulisnya.
Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini dinilai berhak meraih penghargaan itu karena dedikasinya dalam pertanian, terutama pengembangan benih tanaman dengan menggunakan teknologi maju yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan Indonesia.
Tak pelak, Sjamsoe'oed pun kemudian dijuluki Bapak Benih Indonesia. Pada acara ramah tamah tersebut, Sjamsoe'oed berhalangan karena kondisi kesehatannya dan demi menjaga staminanya saat pemberian penghargaan di Balai Sarbini, Kamis (5/8/2010).
Selain Sjamsoe'oed, penerima penghargaan itu untuk 2001 ini adalah Sitor Situmorang (bidang kesusastraan), S Yati Soenarto (bidang kedokteran), Daniel Murdiyarso (bidang sains), dan Ratno Nuryadi (hadiah khusus).
Penghargaan tahunan itu digagas oleh, antara lain, Ulil Abshar Abdalla yang gagal menjadi Ketua Umum Pengurus Besar NU, dan kini jadi fungsionaris Partai Demokrat. Ia bersekutu dengan Rizal Mallarangeng, adik Menteri Pemuda dan Olah Raga, Andi Mallarangeng.
Adapun di tahun 2010 ini, penghargaan tersebut diwarnai penolakan hanya oleh Prof Daoed Joesoef yang semula diplot untuk peraih penghargaan di bidang pemikiran sosial.
Sebelumnya, esais Gunawan Mohamad juga mengembalikan penghargaan serta uang yang didapatnya di bidang kesusastraan pada tahun 2004. Sementara pada 2007, rohaniwan Romo Frans-Magnis Suseno juga menolaknya.
Argumentasinya terkait soal kiprah kerajaan bisnis keluarga Bakrie yang salah satu perusahaannya, PT Lapindo Brantas Inc bikin masalah berkepanjangan di Sidoarjo, Jawa Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.