Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT Pindad Sudah Saatnya Relokasi

Kompas.com - 04/06/2010, 17:44 WIB

Malang, Kompas - Industri amunisi PT Pindad di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, sudah saatnya dipindah karena lokasi sekitarnya sudah dipadati penduduk. Kalau terjadi ledakan, hal itu sangat berisiko bagi warga sekitar.

Demikian dikatakan pakar kajian militer Dr Muhadjir Effendy, yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dalam percakapan dengan Kompas di Malang, Kamis (3/6). Ia mengaku sudah beberapa waktu mengamati Pindad bersama Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Tidak hanya PT Pindad di Malang, industri persenjataan PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, juga sudah saatnya direlokasi.

"Ada risiko besar jika terjadi ledakan, seperti yang terjadi untuk kesekian kalinya di PT Pindad. Ini karena sejumlah faktor dalam pengamanan sebuah industri amunisi, termasuk aspek kerahasiaan sebuah instalasi militer, kian lama kian menurun. Publik luar negeri dan siapa pun faktor ancaman sudah tahu bahwa lokasi strategis industri amunisi yang amat kritis bagi pertahanan nasional ada di Turen," katanya.

Ledakan detonator di lokasi perakitan bahan peledak PT Pindad, Rabu, menewaskan dua orang dan melukai lima orang. Ini merupakan kecelakaan kerja yang kesekian kali di lingkungan PT Pindad, yang membuat masyarakat patut mewaspadai kontrol keamanan perakitan amunisi di lembaga pemerintah ini.

"Apakah ada sarana evakuasi, perlengkapan penanggulangan bencana yang mencukupi, termasuk keadaan cukup aman bagi warga sekitar. Ini perlu diwaspadai untuk memberikan kualitas industri persenjataan dalam negeri yang andal bagi kepentingan pertahanan Indonesia," ucapnya.

Ia belum tahu apakah Kementerian Pertahanan telah memiliki rencana jangka pendek atau jangka panjang menyangkut masa depan PT Pindad. Namun satu hal sudah jelas, PT Pindad memerlukan ruang lebih luas untuk mengisolasi kegiatan dari keramaian penduduk. "Apabila terjadi ledakan, pekerja dan warga harus benar-benar terbebas dari kemungkinan dampaknya," katanya.

Muhadjir mengingatkan, pihaknya sebagai akademisi sudah mengajukan usul untuk mendorong keterlibatan lembaga akademik dalam riset-riset yang dilakukan untuk kepentingan pengembangan industri persenjataan.

"Dalam banyak kajian kami sebagai hasil pergaulan para ilmuwan riset kami ke luar negeri, kami menyadari bahwa industri pertahanan strategis pada masa depan amat bergantung pada dua aspek penguasaan ilmu dan keahlian, yakni teknologi robot dan roket," tuturnya.

Dewasa ini peluru kendali, yakni peluru yang dibantu teknologi penuntun, adalah senjata strategis yang akan sangat mendorong kemampuan daya tangkal. Perguruan tinggi selama ini telah mengembangkan kemampuan ini dengan tradisi kompetisi teknologi robot. "Kontes robot yang selama ini sudah berlangsung beberapa lama amat penting bagi industri militer," ujarnya.

Menurut dia, UMM sudah membangun dialog dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro untuk membuat formulasi soal sifat hubungan kemitraan dalam kajian industri persenjataan antara industri militer nasional dan bagian riset serta pengembangan perguruan tinggi dalam seminar yang dilaksanakan dalam waktu dekat.

"Indonesia masih memakai teknologi meriam dari tahun 1955. Sementara standar militer Amerika Serikat, semua senjata jarak menengahnya sudah menggunakan teknologi berpemandu," katanya. (ODY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com