Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Partai NII Ingin Pimpin KPK

Kompas.com - 26/05/2010, 18:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Memasuki hari kedua pendaftaran calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, tak kurang 24 orang berdatangan ke sekretariat Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, Rabu (26/5/2010).

Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya telah melengkapi berkas-berkas yang diajukan. Ketiga orang itu adalah seorang bankir bernama Hertanto T Surya, Dirjen Bimas Buddha Irjen Pol (Purn) Budi Setiawan, dan pengacara Farhat Abbas.

Kedua bakal calon terakhir tidak hadir langsung, tetapi mengirimkan asistennya untuk menyerahkan berkas-berkas. Sementara itu, di antara 21 peminat posisi calon pimpinan KPK, beberapa di antaranya cukup menyedot perhatian wartawan, terutama Maskur Loawena SAg, MAg, SH.

Pria berpenampilan nyentrik ini mengaku sebagai Presiden Partai Negara Islam Indonesia (NII). "Saya ingin jadikan Indonesia negara yang bersih," ujar Maskur yang berjaket kuning, berkacamata hitam, dan bertopi ini.

Ketika ditanya usianya, Maskur langsung menyahut berusia 70 tahun. Namun, begitu diinformasikan soal syarat usia calon pimpinan KPK harus kurang dari 65 tahun, Maskur buru-buru meralat usianya.

"Saya sekitar 60 tahun," ujarnya, kagok. Ketika ditanya tahun kelahirannya, Maskur yang mengaku hendak membuat undang-undang potong tangan bagi koruptor itu sempat tertegun sejenak. Selang beberapa detik kemudian, Maskur menjawab tahun kelahirannya 1950.

Terkait adanya larangan pimpinan KPK memimpin partai politik, Maskur berjanji akan membubarkan partainya jika ia terpilih menjadi pimpinan KPK.

Selain Maskur, ada pula seorang peminat yang mengaku intelijen. Ia tak segan-segan menunjukkan pas foto berlatar belakang warna hijau.

"Kalau foto berlatar belakang warna hijau, ini artinya intel," bisiknya. Ketika para wartawan hendak mewawancara soal visi-misinya jika kelak menjadi pimpinan KPK, pria tersebut mengatakan hendak minta izin pada atasannya terlebih dahulu.

Selang beberapa menit, pria setengah baya itu mengaku tidak diperbolehkan berbicara kepada media oleh atasannya. "Saya tidak suka menonjol," kilahnya.

Selain itu, ada juga notaris yang meminati posisi pimpinan KPK. Namun, begitu ditanya para wartawan, pria berkacamata tersebut tidak mau mengaku. "Saya orang suruhan," kilahnya seraya berlalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

    Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

    Nasional
    Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

    Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

    Nasional
    Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

    Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

    Nasional
    Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

    Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

    Nasional
    Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

    Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

    Nasional
    Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

    Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

    Nasional
    Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

    Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

    Nasional
    Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

    Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

    Nasional
    Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

    Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

    Nasional
    Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

    Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

    Nasional
    Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

    Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

    [POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

    Nasional
    Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

    Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

    Nasional
    Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

    Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

    Nasional
    Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

    Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com