Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermimpi Lewat Pupuk Padat Hayati

Kompas.com - 21/05/2010, 19:45 WIB

Wahyu mengaku, ide menciptakan Pupuk Padat Hayati ini bukan merupakan sebuah ide baru. Ide pupuk padat tersebut berasal dari seorang profesor asal Jepang, yang diadopsinya di kegiatan pelatihan yang diberikan oleh sebuah organisasi pemberdayaan masyarakat petani di tempatnya tinggal.

"Sekolah memberikan keleluasaan agar kami bisa berpikir dan berbuat apapun secara kreatif. Intinya, sekolah mau memberikan kepercayaan dan kami memanfaatkan kepercayaan itu dengan baik," ucap Ketua OSIS SMAN 7 yang bercita-cita menjadi politikus ini.

Presiden dan dasi

Wahyu berharap, Pupuk Padat Hayati yang telah diciptakan bersama teman-temannya di Green Community ini bisa berguna bagi masyarakat Sulawesi Utara umumnya, dan seluruh Indonesia khususnya. Wahyu bilang, dengan pupuk alami ini, masyarakat petani tidak lagi memakai pupuk kimia yang selama ini telah merusak tanah-tanahnya sendiri.

"Produktivitas tanah kita semakin hari semakin tidak subur karena pupuk kimia, sementara pupuk kami ini bukan hanya akan membuat tanaman menjadi subur, tetapi juga mampu memperbaiki tekstur tanah karena sudah terdegradasi oleh patogen-patogen mikro organisma," ujar Wahyu, menjamin.

Siswa yang kerap "bekerja" sebagai tour leader di kampungnya saat libur sekolah ini mengatakan, pihak Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Manado pernah menyatakan ingin mengadopsi teknik pembuatan Pupuk Padat Hayati tersebut. Hanya, kata dia, sampai saat ini keinginan Pemkot tersebut belum juga terealisasi.

"Sambil menunggu, kami masih ingin melakukan tes lagi pada pupuk ini, khususnya untuk komposisinya," lanjut Wahyu.

Wahyu, melalui pihak sekolahnya, kini juga berencana mengajukan kreasinya ini ke Kementrian Perindustrian di Manado. Mimpinya. Pupuk Padat Karya ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya para petani di seluruh Indonesia.

"Tapi saya tidak mau jadi petani, saya ingin jadi presiden atau setidaknya jadi politikus yang pakai dasi, karena saya gemes lihat televisi sekarang ini yang banyak orang berdasi tetapi kelakuannya tidak seperti orang berdasi," ujar Wahyu, terbahak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com