JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menyokong mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji untuk membongkar skandal di balik proyek pengadan informasi teknologi di Komisi Pemilihan Umum dan caru marut daftar pemilih tetap.
"Saya meminta kepada Pak Susno untuk tidak nyicil masalah yang dia kantongi. Ngomong saja apa yang diketahui selama ini, termasuk masalah DPT dan IT KPU. Kesan saya, dengan segala hormat, Pak Susno itu sedang mencicil masalah yang akan diungkapnya," kata Ahmad Muzani di sela acara orasi calom ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum di Gedung Theatre Jakarta, Minggu (16/5/2010).
Sebelumnya, Susno disebutkan punya informasi seputar dua kasus itu, namun bukan Susno langsung yang mengatakan, melainkan politisi Partai Bulan Bintang, Ali Mochtar Ngabalin, usai membesuk Susno. Sejauh ini belum ada konfirmasi dari Susno soal substansi yang diungkap Ngabalin.
"Jadi, kesannya Pak Susno ingin melakukan pengungkapan dengan sistem konsinyasi. Pak Susno itu menurut saya ksatria. Oleh karena itu, jangan takut dalam mengungkap kebenaran. Harus mengungkap apa saja yang diketahui, soal DPT, IT, atau apa saja," kata Muzani.
Selain kedua masalah DPT, Susno Duaji juga disebutkan oleh Ngabalin bahwa dia memiliki informasi penting kasus pembunuhan Nazaruddin Zulkarnaen.
Dukungan seruoa juga diungkapkan Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti. "Perlu diketahui, masalah IT KPU telah diselidiki oleh KPK. Tetapi ketika muncul kasus Antasari Azhar dan Cicak versus Buaya, penyelidikan kasus itu seolah terhenti. Jadi, pernyataan Pak Susno Duaji merupakan pintu yang tepat untuk membongkar kembali dugaan praktek kecurangan dalam pengitungan suara," kata Ray.
Ray mengingatkan, kasus DPT memang telah menjadi masalah utama dalam Pemilu 2009 lalu. Sat itu, terjadi tumpang tindih jumlah pemilih, manipulasi data dan sebaginya. "Sebagian persoalan ini telah diadukan ke kepolisian tapi tak ada tanggapan. Jelas dengan pengakuan awal Susno Duaji menyiratkan bahwa kisruh DPT bukan persoalan omong kosong pemantau dan sebagian parpol," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.