JAKARTA, KOMPAS.com — Lech Walesa, peraih Nobel Perdamaian tahun 1983, menilai Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi yang besar dengan berbagai keberagamannya. Karena itu, perlu sebuah rasa perdamaian dan menghindari konflik dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Menurut mantan Presiden Polandia ini, agama memiliki peran yang penting untuk menumbuhkan rasa perdamaian di masyarakat. "Kuncinya adalah agama. Hentikanlah konflik dan sadarilah keberagaman," ujar Lech Walesa dalam ceramahnya di Kolese Kanisius, Minggu (9/5/2010).
Lech Walesa memberikan ceramah dalam diskusi bertajuk "Transisi Menuju Demokrasi" di Kolese Kanisius yang diadakan oleh Asosiasi Alumni Yesuit Indonesia (AAYI). Turut hadir dalam acara itu Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif, dan rohaniwan Katolik, Romo Franz Magnis-Suseno SJ.
Menurut Lech, perbedaan bukanlah sebuah persoalan yang perlu untuk diperdebatkan, tetapi yang utama adalah bagaimana bisa duduk bersama menyelesaikan persoalan secara damai. "Saya yang hanya seorang pekerja biasa bisa mendukung perdamaian itu," ujarnya merendah.
Pendapat senada disampaikan Syafii Maarif. Ia mengatakan, persoalan konflik bukan hanya dialami oleh bangsa Indonesia yang notabene mayoritas Muslim. Ia mencontohkan, di kalangan umat Katolik juga terjadi persoalan skandal seks yang sempat mengguncang Vatikan. "Penting untuk mengutamakan kebersamaan dan perdamaian," katanya.
Sementara itu, Franz Magnis-Suseno menyebutkan, ada banyak persamaan antara Indonesia dan negara asal Lech, Polandia. Meski berbeda kultur, terutama Indonesia karena memiliki begitu banyak budaya, tetapi sama-sama menginginkan kehidupan yang damai dalam demokrasi. "Agama harus memegang peranan untuk mewujudkan perdamaian," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.